Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Wilayah Terdampak Kekeringan di Banyumas Capai 28 Desa

Foto : ANTARA/HO-BPBD Kabupaten Banyumas

Petugas BPBD Kabupaten Banyumas menyalurkan bantuan air bersih untuk warga yang terdampak kekeringan di Desa Gerduren, Kecamatan Purwojati, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Senin (22/7/2024).

A   A   A   Pengaturan Font

"Bahkan, RSUD Banyumas juga turut terdampak kekeringan pada musim kemarau tahun ini."

Purwokerto -- Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyumas Budi Nugroho mengatakan wilayah terdampak kekeringan di Banyumas, Jawa Tengah, mencapai 28 desa yang tersebar di 13 kecamatan.

"Bahkan, RSUD Banyumas juga turut terdampak kekeringan pada musim kemarau tahun ini," kata Budi Nugroho di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu.

Ia mengatakan hingga saat ini pihaknya telah menyalurkan bantuan air bersih yang bersumber dari APBD Kabupaten Banyumas sebanyak 133 tangki setara dengan 665.000 liter untuk warga di 28 desa yang terdampak kekeringan maupun RSUD Banyumas.

Selain itu, kata dia, bantuan air bersih juga disalurkan oleh PMI Kabupaten Banyumas sebanyak 44 tangki setara dengan 220.000 liter dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy sebanyak 1 tangki atau 5.000 liter.

"Jumlah warga terdampak kekeringan di 28 desa tersebut mencapai 7.575 keluarga yang terdiri atas 23.846 jiwa," katanya.

Lebih lanjut, dia mengatakan kekeringan juga telah berdampak terhadap terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di sejumlah wilayah Banyumas.

Berdasarkan hasil pendataan, kata dia, selama musim kemarau tahun 2024 telah terjadi 12 kejadian karhutla di 12 desa/kelurahan dengan total luas lahan yang terbakar mencapai 30,914 hektare.

Terkait dengan hal itu, dia mengimbau masyarakat agar tidak membakar sampah atau rumput di lahan maupun hutan serta tidak membuang puntung rokok sembarangan agar tidak terjadi karhutla.

"Apalagi saat sekarang sedang puncak musim kemarau dan angin juga cukup kencang, sehingga sekecil apapun api yang dibuat akan berisiko terhadap terjadinya karhutla," kata Budi.


Redaktur : -
Penulis : Antara, Sujar

Komentar

Komentar
()

Top