Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Selasa, 20 Mar 2018, 05:00 WIB

Wika Beton Target Kontrak Baru Rp7,56 Triliun

Foto: ISTIMEWA

JAKARTA - PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) menargetkan kontrak baru 2018 sebesar 7,56 triliun rupiah, meningkat 4,7 persen dari target kontrak baru sepanjang 2017 sebesar 7,22 triliun rupiah. Sementara kontrak carry over dari 2017 sebesar 5,43 triliun rupiah, sedangkan 2016 sebesar 3,56 triliun rupiah. Dengan demikian total order book tahun ini sebesar 12,99 triliun rupiah, dibandingkan tahun lalu 10,79 triliun rupiah

Direktur Utama Wika Beton, Hadian Pramudita, mengatakan untuk target-target tersebut masih positif dapat diraih oleh Perseroan karena mengacu pada perekonomian yang masih terus tumbuh. Apalagi, dari rencana pemerintah untuk precast baru mencapai 20 persen dari 30 persen yang diperoleh melalui satu proyek.

"Komposisi kontrak baru tahun ini variabel antara 20-30 persen dari induk perusahaan. Kami juga akan tetap cari kontrak baru dari tempat lain," ungkap dia di Jakarta, Senin (19/3). Perseroan menargetkan pendapatan tahun ini sebesar 6,94 triliun rupiah, sedangkan tahun lalu 3,48 triliun rupiah. Hingga saat ini raihan kontrak baru Perseroan telah mencapai 1,3 triliun rupiah.

Kontrak baru tersebut di antaranya berasal dari pembangunan pengaman Muara Sungai Iko Kebumen, Penunjang Bandara Ahmad Yani, Terminal Petikemas Blawan Fase 2, dan beberapa proyek lainnya. Perseroan juga akan mengerjakan pembangunan Dermaga Kijing di Pontianak, Kalimantan Barat. Nilai proyek Dermaga Kijing untuk precast saja sekitar 400 miliar rupiah. Target pengerjaannya dapat rampung dalam kurun waktu enam bulan. "Signing-nya bulan depan (April). Kontrak baru yang paling masih besar dari Kijing," ujar dia.

Proyek Dimoratorium

Terkait dengan adanya moratorium atau menghentikan sementara pengerjaan proyek infrastruktur menyusul terjadinya kecelakaan kerja pada proyek konstruksi yang dilakukan oleh emiten pelat merah, Hadian menilai hal tersebut merupakan suatu pembelajaran bagi para pelaku konstruksi untuk memerhatikan standar operasional perusahaan (SOP).

Namun merujuk pada perjalanannya proyek konstruksi tersebut tidak mungkin langsung disetop begitu saja lantaran moratorium. "Yang harus kita perhatikan adalah dengan adanya moratorium ini maka kita harus berhati-hati untuk menjalankan suatu proyek," jelas dia. Untuk proyek Perseroan yang terkena moratorium yakni proyek pembangunan kereta api ringan (Light Rail Transit/LRT) di Kelapa Gading dan Jalan Tol Jakarta Bogor Outer Ring Road II (JORR II).

Kendati begitu, untuk proyek Jalan Tol JORR II adalah proyek pertama yang sudah jalan kembali pada saat moratorium tersebut dikeluarkan. "Jadi tidak ada dampak ke keuangan perusahaan karena hanya sementara," imbuh dia. Saat ini, Perseroan memiliki 14 pabrik dan satu mobile plant. Perseroan juga memiliki tiga crushinh plant di Cigedug, Lampung Selatan, serta Donggala.

Menurut Hadian, pabrik yang paling besar ada di Lampung Selatan yang pembangunannya menghabiskan dana sebesar 268 miliar rupiah di luar tanah. Kapasitas pabrik sebesar 343 ribu ton dari sebelumnya 260 ribu ton per tahun. "Kami punya dermaga sendiri sama seperti yang di Batam sehingga kami bisa mensuplai kemana saja," tandas dia.

Pada tahun ini Perseroan mengalokasikan belanja modal (capital expendicture/capex) sebesar 676 miliar rupiah. Dana tersebut akan digunakan untuk penambahan kapasitas produksi.

yni/AR-2

Penulis:

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.