Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Rabu, 04 Des 2024, 00:00 WIB

Waspadai Inflasi Pangan pada Akhir Tahun

Petani memanen lombok rawitnya di Kecamatan Ranomeeto, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, Selasa (3/12). Petani di wilayah tersebut beralih budi daya lombok rawit varietas baru karena memiliki kulit tebal yang tidak mudah membusuk diserang hama

Foto: ANTARA/Jojon

JAKARTA – Pemerintah perlu mewaspadai lonjakan harga, terutama komoditas pangan pokok, pada akhir tahun ini. Tingkat konsumsi pada akhir tahun diperkirakan tinggi seiring adanya momen Natal dan Tahun Baru (Nataru). 

Direktur Ekonomi Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, memperingatkan pada Desember 2024, inflasi masih akan meningkat seiring kenaikan pendapatan masyarakat di akhir tahun. "Pendapatan masyarakat yang naik akan meningkatkan permintaan dari sisi konsumen sehingga harga akan cenderung meningkat," papar Huda dalam keterangan di Jakarta, Selasa (3/12).

Adanya momen libur Nataru 2024/2025 akan meningkatkan sisi permintaan barang-barang secara umum. Dia memprediksikan pada akhir tahun inflasi bisa mencapai 1,2–1,3 persen secara tahun kalender berjalan (ytd). Saat ini, inflasi mencapai 1,12 persen (ytd).

Senada, Peneliti Mubyarto Institute, Awan Santosa, meminta pemerintah serius memperhatikan kenaikan harga-harga pangan pada akhir tahun ini. Terlebih lagi, inflasi pada November 2024 sebesar 0,30 persen secara bulanan (mtm) dipengaruhi kenaikan harga bahan pangan, khusus tomat dan bawang merah.

"Pemerintah harus bisa mengendalikan kenaikan harga bahan pangan. Jangan sampai naiknya terlampau tinggi pada akhir tahun," tegas Awan.

Sementara itu, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas)/National Food Agency (NFA), Arief Prasetyo Adi, meyakini kondisi inflasi pangan sampai akhir 2024 ini akan stabil dan tidak akan begitu melonjak. "Pemerintah jelang akhir tahun sudah punya formula apa saja program yang akan dilaksanakan. Sepanjang tahun telah kita implementasikan dan Bapak Presiden Prabowo pun telah menetapkan program pangan di dua bulan pertama pada 2025," terang Arief di Jakarta, kemarin.

Pihaknya melihat inflasi pangan secara bulanan pada November lalu bertumbuh, dari sebelumnya -0,11 persen menjadi 1,07 persen. Pada Desember ini, bantuan pangan beras total 220 ribu ton ke 22 juta PBP (Penerima Bantuan Pangan) akan kembali disalurkan Bulog. "Setelahnya akan terus lanjut lagi di Januari dan Februari 2025, sehingga akan dapat pengungkit pertumbuhan inflasi beras pula," jelas Arief.

Upaya Pengendalian

Pemerintah telah mengendalikan tingkat inflasi pangan di setiap akhir tahun dalam tiga tahun terakhir belakangan. Menyadur data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat inflasi komponen harga bergejolak secara bulanan yang didominasi komoditas pangan pada Desember 2023 mengalami inflasi sebesar 1,42 persen.

Angka tersebut turun dibandingkan inflasi pangan secara bulanan pada Desember 2022 sebesar 2,24 persen dan Desember 2021 sebesar 2,32 persen. Sementara kondisi inflasi pangan secara bulanan yang terkini di November 2024 membaik di 1,07 persen.

Sementara kondisi inflasi beras dalam setiap akhir tahun cenderung stabil dan berada dalam koridor sesuai target pemerintah. Pada akhir 2022, tingkat inflasi beras berada di angka 2,30 persen dan merupakan tertinggi sepanjang tahun tersebut. Lalu pada akhir 2023 ada di 0,48 persen. Kendati begitu, beras mengalami deflasi pada November 2024 di angka 0,45.

Melalui program bantuan pangan (banpang) beras yang mulai digulirkan di Desember 2024 dan terus berlanjut pada Januari dan Februari 2025, pemerintah meyakini inflasi beras akan stabil dan terkendali kembali. Adanya penyesuaian jumlah PBP menjadi 16 juta untuk banpang beras tahun 2025 karena terdapat beberapa justifikasi.

Untuk mengamankan stok, Bapanas terus melakukan berbagai upaya untuk memperkuat stok Cadangan Pangan Pemerintah (CPP). Langkah ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan sekaligus memperkuat ekosistem pangan nasional yang mandiri dan berdaulat.

Redaktur: Muchamad Ismail

Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.