Wamentan Minta Peternak Relakan Uang Rokok untuk Vaksin PMK
Wamentan Sudaryono, usai audiensi dengan Menteri Sosial, Syaifullah Yusuf, di Jakarta, Senin (20/1).
Foto: Koran Jakarta/Muhamad MarupJAKARTA - Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono, meminta para peternak merelakan uang rokok untuk vaksin mandiri dalam rangka menanggulangi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Hal tersebut penting dan sepadan untuk menjamin kesehatan hewan ternak agar terhindar dari PMK.
"Harganya (vaksin) 17 sampai 25 ribu satu suntikan. Dibandingkan harga ternak yang jutaan rupiah saya kira sebungkus rokok," ujar Wamentan, usai audiensi dengan Menteri Sosial (Mensos), Syaifullah Yusuf, di Jakarta, Senin (20/1).
Dia memastikan, pemerintah benar-benar bersiaga dalam mengatasi PMK. Menurutnya, pemerintah juga telah melakukan pemetaan terkait PMK di semua daerah.
Sudaryono menyatakan, pemerintah telah menyiapkan 4 juta vaksin PMK yang diberikan secara gratis. Meski begitu, pihaknya mengimbau peternak dan perusahaan ternak untuk melakukan vaksin mandiri.
"Kita mau untuk merelakan sebungkus rokok untuk memvaksin ternaknya demi menjaga trrnaknya tetap sehat," jelasnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementan Agung Suganda, menuturkan, sejak akhir tahun lalu, lebih dari 49.000 vaksinasi telah dilaksanakan di 16 provinsi. Sebanyak 13.956 hewan ternak yang sakit juga telah diberikan pengobatan khusus dari dokter hewan.
Dia melanjutkan, sepanjang 2024, kasus PMK memuncak pada periode April-Agustus, menjelang perayaan Idul Adha. Mulai 28 Desember 2024 sampai 15 Januari 2025, tercatat sebanyak lebih dari 25.000 hewan ternak terjangkit PMK yang tersebar di 2.736 desa.
"Angka ini menunjukkan PMK telah menjadi ancaman yang membutuhkan perhatian serius," katanya.
Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) bidang Mikrobiologi Veteriner, Agnesia Endang Tri Hastuti Wahyuni, mengatakan penyakit PMK adalah salah satu penyakit lintas batas yang sangat menular pada hewan, dan dapat menyebar secara nasional dan internasional dengan cepat dan tidak terduga.
Ciri-ciri ternak yang terinfeksi dari penularan penyakit ini ditandai oleh lesi di mulut dan kaki hewan, serta penurunan produksi susu, berat badan, dan gangguan produksi.
“Meskipun angka kematian tidak tinggi, tetapi PMK menyebabkan kerugian dalam perdagangan,” ucapnya.
Dosen Departemen Reproduksi dan Obstetri UGM, Agung Budiyanto menyebut penanganan jangka pendek PMK harus dilakukan untuk mengurangi kerugian dengan penanganan yang efektif dan diagnosa yang akurat. Setelahnya, penanganan dilakukan dengan pemberian vitamin, protein, obat cacing, atau perbaikan hormonal.
"Penanganan jangka menengah dan panjang dilakukan dengan vaksinasi, pengobatan, dan penyuluhan ke masyarakat,” tuturnya.
Berita Trending
- 1 Semangat Awal Tahun 2025 by IDN Times: Bersama Menuju Indonesia yang Lebih Kuat dan Berdaya Saing
- 2 Mulai 23 Januari, Film '1 Kakak 7 Ponakan' Tayang di Bioskop
- 3 Sah Ini Penegasannya, Proyek Strategis Nasional di PIK 2 Hanya Terkait Pengembangan Ekowisata Tropical Coastland
- 4 Pelibatan UMKM-Koperasi di Program Pemerintah Bantu Wujudkan Ekonomi 8 Persen
- 5 Lantamal IV Kerahkan Personel Cari dan Evakuasi Buaya di Pulau Bulan
Berita Terkini
- Kemendiktisaintek Tanggapi Isu Pemecatan Pegawai
- Perlu Komitmen untuk Cegah Peredaran Narkoba di Rutan
- Indonesia dan Inggris Pererat Kerja Sama Hukum
- Kabar Gembira, Pemkot Yogyakarta Bentuk Tim Realisasikan Pemeriksaan Kesehatan Gratis
- Ini yang Dilakukan Pemerintah Tingkatkan Kesejahteraan Warga dengan Wujudkan MBG bagi Ibu Hamil hingga Balita