Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pengelolaan APBN I Kemenkeu Harus Tagih Piutang BLBI seperti Rekomendasi BPK

Utang yang Tidak Produktif Berujung “Default”

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

"Jadi, bukan persoalan nilai utangnya 3.500 triliun rupiah, tetapi kalau penggunaanya tidak produktif, maka itu sama dengan bocor di depan dan belakang, tidak mampu menutup utang yang sekarang dan di masa mendatang," katanya.

Secara terpisah, Pakar Kebijakan Publik dari Universitas Brawijaya Malang, Andi Fefta Wijaya, menyoroti bank-bank penerima obligasi rekap yang banyak melakukan pembiayaan ke properti dan kendaraan bermotor. Sebab, hal itu termasuk kredit konsumtif yang justru menimbulkan gelembung harga properti.

"Bubble property itu sangat berisiko karena kelebihan pasokan, padahal daya beli masyarakat semakin menurun sehingga minat membeli ikut turun. Akibatnya, dana BLBI yang diinvestasikan ke properti bisa menguap kalau gelembung-gelembung tadi pecah," kata Andy.

Ini sangat berbahaya kalau tidak dikendalikan karena akan menekan perekonomian yang sudah buruk saat ini. Bila pecah, maka pemerintah kena dua kali. Pertama dana talangan dikemplang oleh penerimanya, dan kedua, bubble property mengacaukan upaya pemerintah menyangga ekonomi yang terpuruk.

n ers/SB/E-9


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S, Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top