Utang Sudah Menjadi Hantu bagi Fiskal Indonesia
Manajer Riset Seknas Fitra, Badiul Hadi, yang diminta pendapatnya mengatakan apa yang disampaikan Presiden sebenarnya juga bentuk otokritik terhadap kabinetnya sendiri, khususnya terhadap tim ekonominya. "Ini mengkritik diri sendiri dan harapannya harus lebih mengerem menarik utang baru lagi ke depannya," tegas Badiul.
Peringatan Presiden, jelas Badiul, sebagai bentuk kehati-hatian dan untuk mengantisipasi segala kemungkinan sebagai dampak dari krisis global yang akan berdampak pada perekonomian nasional, terutama kenaikan harga minyak dunia.
Berkaitan dengan suku bunga pinjaman, pemerintah harus menunjukkan komitmennya. "Jangan sampai bunga pinjaman naik, tapi pemerintah tetap menjadikan pinjaman luar negeri sebagai instrumen pembiayaan utama setelah APBN, sehingga utangnya semakin menumpuk, itu namanya inkonsisten," tandas Badiul.
Meskipun pemerintah masih menganggap utang negara selama ini masih terkendali dan terkelola dengan baik, tetapi dampaknya bisa muncul dalam jangka panjang.
Sementara itu, peneliti ekonomi Celios, Nailul Huda, menilai pernyataan Presiden itu menunjukkan ketidaksinkronan antara apa yang disampaikan dan yang dikerjakan. Bunga utang Indonesia termasuk yang termahal, sehingga beban yang ditanggung pemerintah semakin berat.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya