![Urgensi Genjot Manufaktur](https://koran-jakarta.com/images/article/phpj_5xk_resized.jpg)
Urgensi Genjot Manufaktur
![Urgensi Genjot Manufaktur](https://koran-jakarta.com/images/article/phpj_5xk_resized.jpg)
Sejak itu, manufaktur hanya mampu menyumbang rata-rata 20 persen terhadap PDB karena terus menurun sejalan dengan kelambatan pertumbuhannya. Dengan kontribusi yang besar, manufaktur tumbuh di bawah rata-rata. Sejatinya, kondisi semacam ini sudah mulai tahun 2005 saat ekonomi nasional bertumbuh 6,01 persen. Padahal, tahun sebelumnya, manufaktur mampu tumbuh 6,38 persen saat ekonomi mencapai 5,03 persen. Sejak itu, tren pertumbuhan manufaktur selalu di bawah rata-rata hingga kini.
Lebih Kecil
Secara komparatif, manufaktur Indonesia juga memiliki porsi kecil di kawasan Asia Tenggara. Bank Dunia merilis, tahun 2017 Malaysia dan Thailand memiliki porsi 22 persen dan 27 persen terhadap PDB. Memang, Indonesia masih lebih unggul dari Filipina dan Vietnam yang mencatatkan 19,6 persen dan 15,3 persen.
Jadi, ke depan, harus prioritas memperbaiki sektor industri manufaktur untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Sebab dengan porsi yang masih dominan, memacu sektor manufaktur diperkirakan dapat memberi kontribusi signifikan terhadap ekonomi. Tentu juga perlu tetap menjaga daya beli pada sektor konsumsi.
Selain itu, pengembangan manufaktur sebagai penghasil komoditas ekspor dinilai menjadi salah satu solusi terhadap ketergantungan pada komoditas yang harganya berfluktuasi. Hanya, peningkatan manufaktur tidak bisa dilakukan instan, dibutuhkan waktu panjang untuk memperbaiki secara mendasar. Memang, dalam rangka menekan CAD, sejak tahun lalu, pemerintah getol mendorong industri meningkatkan penggunaan komponen lokal, meningkatkan PPh impor atau menggencarkan penggunaan B20.
Halaman Selanjutnya....
Komentar
()Muat lainnya