![Urgensi Genjot Manufaktur](https://koran-jakarta.com/images/article/phpj_5xk_resized.jpg)
Urgensi Genjot Manufaktur
![Urgensi Genjot Manufaktur](https://koran-jakarta.com/images/article/phpj_5xk_resized.jpg)
Bahkan, pemerintah rela mengerem laju pembangunan proyek konstruksi yang merupakan program utama Jokowi-Jusuf Kalla demi menekan impor. Sebab, sebagian besar bahan baku proyek infrastruktur masih menggunakan komponen impor. Dalam jangka pendek, upaya-upaya menekan impor dan meningkatkan produk substitusi dalam negeri memang berhasil.
Hal itu terlihat dari penurunan impor pada Januari 2019 sebesar 2,19 persen secara bulanan menjadi 15 miliar dollar AS. Sayangnya, kendati impor turun, ekspor juga terpukul akibat perang dagang AS-Tiongkok, sehingga defisit neraca dagang tetap lebar. Bahkan sampai awal tahun ini, BPS mencatat ekspor Januari turun 3,24 persen secara bulanan menjadi 13,87 miliar dollar AS.
Dengan kata lain, langkah pemerintah masih dalam batas kebijakan reaktif jangka pendek, belum kebijakan fundamental untuk memperbaiki kualitas pertumbuhan ekonomi. Padahal, pengembangan dan pengarusutamaan manufaktur menjadi jawaban banyak masalah. Di satu sisi sebagai solusi memperbaiki kinerja ekspor, neraca dagang, dan transaksi berjalan. Hal itu juga sebagai solusi jangka panjang untuk menghadapi era bonus demografi atau ledakan tenaga kerja produktif.
Kementerian Perindustrian tahun ini akan lebih menggenjot lima sektor industri manufaktur untuk meningkatkan ekspor: makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, elektronika, dan kimia. Ini untuk memaju kinerja ekspor kelima bidang tersebut. Penulis Staf Ahli Komite Ekonomi dan Industri Nasional
Komentar
()Muat lainnya