
Universitas Diminta untuk Petakan Jurusan Kuliah sesuai Kebutuhan
Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas Amich Alhumami
Foto: antara fotoJAKARTA - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/Bappenas) meminta kepada perguruan tinggi untuk memetakan jurusan kuliah sesuai kebutuhan. Hal itu agar tidak ada bidang ilmu yang kelebihan/kekurangan sumber daya manusia (SDM).
Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas Amich Alhumami di Jakarta Selasa (10/12) mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir negara tengah meningkatkan proporsi program studi di bidang Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) guna memenuhi kebutuhan bidang hard sciences di Indonesia, yang saat ini dinilai masih minim.
Ia melanjutkan, hal ini dapat didorong dengan melakukan penangguhan sementara atau moratorium beberapa bidang ilmu yang dianggap jumlahnya terlalu banyak.
"Misalnya untuk Ilmu Pendidikan, anda tahu lulusan ilmu pendidikan itu dalam satu tahun itu bisa mencapai antara 250 ribu-300 ribu? Atau juga ilmu-ilmu sosial yang lain?" ungkapnya.
Namun di satu sisi, lanjut Amich, moratorium ini tidak berlaku dalam bidang keilmuan sosial humaniora lain yang dinilai langka seperti arkeologi atau sastra daerah.
"Di satu sisi, kita memberi proteksi kepada ilmu-ilmu sosial humaniora yang di situ langka seperti arkeologi, seperti sejarah atau mungkin sastra-sastra daerah itu, sastra apa saja termasuk juga ilmu-ilmu filologi itu diberi proteksi karena ilmu langka dan tidak terlalu banyak peminat, tapi penting," jelasnya.
Amich memaparkan, pembukaan atau penutupan program studi sesuai kebutuhan negara dengan menyesuaikan kebutuhan pasar kerja dan dinamika perekonomian di negara yang bersangkutan lumrah terjadi di berbagai negara.
Karena itu, ia meminta perguruan tinggi di Indonesia untuk menambah jurusan di bidang STEM, sebab menurutnya investasi SDM di bidang keilmuan STEM saat ini perlu dilakukan, mengingat infrastruktur utama perkembangan negara adalah ilmu pengetahuan teknologi (iptek) yang berbasis riset dan inovasi.
Penambahan SDM di bidang STEM juga dapat meningkatkan skor Programme for International Student Assessment (PISA) Indonesia, di mana pada 2022, Indonesia menempati peringkat ke-69 dunia dan ke-6 Asean.
- Baca Juga: Agar Fokus Kelola BPI Danantara, Pengamat Ingatkan soal Rangkap Jabatan
- Baca Juga: Digitalisasi koran
"Karena itu, dengan memproduksi bidang keahlian atau sarjana lulusan STEM yang lebih banyak, maka nanti akan pelan-pelan meningkatkan jumlah ilmuwan peneliti untuk peningkatan skor PISA," ucap Amich Alhumami.
Berita Trending
- 1 Harga BBM di SPBU Vivo Turun, Pertamina, BP dan Shell Stabil
- 2 RI Perkuat Komitmen Transisi Energi Lewat Kolaborasi AZEC
- 3 Akademisi: Perlu Diingat, Kepala Daerah yang Sudah Dilantik Sudah Menjadi Bagian dari Pemerintahan dan Harus Tunduk ke Presiden
- 4 Terkenal Kritis, Band Sukatani Malah Diajak Kapolri Jadi Duta Polri
- 5 Pangkas Anggaran Jangan Rampas Hak Aktor Pendidikan
Berita Terkini
-
Hanya untuk Konsumsi, Bukan untuk Bisnis, Pemerintah Larang Jual Kembali Barang Operasi Pasar Murah
-
Raup Cuan dari Praktik Culas, Kasus Hukum Petinggi Pertamina Indikasikan Mafia Migas Masih Bercokol Kuat
-
Bank Emas, Topang Stabilitas Ekonomi di Tengah Ketidakpastian Global
-
Dukung Kelancaran dan Kemudahan Mudik, Pemerintah Siapkan Diskon Tarif Tol hingga 20% di Ruas Ini
-
China Targetkan Berantas Habis Polusi Udara Pada 2025