Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Uang, Korupsi, dan Kekuasaan

Foto : koran jakarta/ONES
A   A   A   Pengaturan Font

Penyanyi Mogi Darusman (1947-2007) pernah menggambarkan kekuasaan rezim ketika itu dengan lagu Rayap-rayap. Liriknya, "Kau tahu rayap-rayap, makin banyak di manamana. Di balik baju resmi, merongrong tiang negara."

Banyak kalangan menilai, salah satu kelemahan terbesar Soeharto "terlambat untuk berhenti". Padahal kalau dia mau berhenti pada 1985, cerita akan lain. Tapi nafsu uang dan kekayaan makin menjadi-jadi. Namun gara-gara uang pula, rezim Soeharto tumbang saat rupiah anjlok ke posisi 17.200 per dollar AS pada April 1998.

Bisa diingat, gerakan "Aku Cinta Rupiah" yang digelorakan Mbak Tutut, tidak bisa menyelamatkan mata uang itu, demikian pun posisi Soeharto. Anehnya, banyak orang tak mau belajar dari kejatuhan Bung Karno atau Harto.

Buktinya, pasca-Reformasi 1998, korupsi atau penggarongan kekayaan negara demi rupiah justru makin berkembang. Jika era Soeharto, banditnya hanya satu dan terpusat di Jakarta, selama era Reformasi malingnya bisa lebih dari 1.000 dan tersebar di seantero negeri. Mereka berlomba-lomba korupsi (Bdk Buku Mancur Olson, Power and Prosperity, 2000).

Kekuasaan atau jabatan banyak dicari atau dikejar, bukan untuk melayani dan menyejahterakan rakyat, tetapi buat menggarong dan menumpuk rupiah demi ego masing- masing. Bahkan yang disebut wakil rakyat atau DPR sesungguhnya hanya wakil ambisi dan nafsu untuk memburu uang. Slank pernah membuat lagu yang liriknya bikin panas anggota dewan (2008), "Mau tau gak mafia di Senayan? Kerjanya tukang buat peraturan. Bikin UUD … ujung-ujungnya duit."
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top