
Tren Pertumbuhan Berlanjut pada 2022
Foto: Sumber: BPS, BI– Litbang KJ/and - KORAN JAKARTA/ON» Program vaksinasi merupakan salah satu kunci dari keberhasilan penanganan pandemi di Indonesia.
» Indonesia pun menawarkan lebih banyak investasi untuk hilirisasi komoditas serta mengakselerasi digitalisasi.
- Baca Juga: Banjir Rendam 47 Desa di Aceh Barat Daya
- Baca Juga: Hayo Apalagi Itu “Nusantara Hub”
JAKARTA - Perekonomian Indonesia akan melanjutkan tren pertumbuhan di 2022, dengan tiga pemicu utama yaitu vaksinasi yang semakin meluas, investasi untuk hilirisasi komoditas, dan akselerasi digitalisasi.
Ekonom Senior Bank DBS, Radhika Rao, dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat (7/1), mengaku optimistis dengan prospek perekonomian tahun ini dengan melihat ketiga faktor tersebut.
"Pertama, Indonesia akan berhasil memberikan dosis vaksin penuh kepada 99 persen dari total populasi dewasa pada Maret 2022," kata Radhika.
Radhika menambahkan bahwa program vaksinasi merupakan salah satu kunci dari keberhasilan penanganan pandemi di Indonesia. Dengan pelaksanaan program vaksinasi secara masif dan terstruktur, mobilitas masyarakat akan meningkat dan hal ini memicu aktivitas perekonomian untuk mulai berjalan kembali.
"Jika dapat terus dipertahankan, ekspektasi pemulihan ekonomi, serta pergerakan komponen lain seperti konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, hingga ekspor dan impor dapat berjalan sesuai harapan," kata Radhika.
Capaian vaksinasi yang tinggi akan mendorong pemulihan ekonomi nasional. Selanjutnya, Indonesia pun menawarkan lebih banyak investasi untuk hilirisasi komoditas serta mengakselerasi digitalisasi.
"Ketiga, laporan fiskal Indonesia yang memuaskan dan langkah-langkah untuk menambah rasio pajak terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) akan memperkuat Indonesia dibandingkan negara lain di Asia," kata Radhika.
Bank DBS Indonesia, jelasnya, terus mendukung berbagai upaya pemerintah untuk menanggulangi Covid-19 dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dengan berpartisipasi dalam berbagai upaya kolektif untuk meringankan beban masyarakat yang paling terdampak pandemi.
Selain itu, juga mendukung program inklusi keuangan dan digitalisasi perbankan, Bank DBS juga berpartisipasi dengan menjadi satu dari 22 institusi perbankan yang akan menerapkan sistem pembayaran BI-FAST tahap pertama.
Masih Terbuka
Sebelumnya, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, mengatakan momentum pertumbuhan ekonomi positif berpotensi berlanjut di kuartal I-2022.
Hal itu mengacu pada pernyataan Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, yang mengatakan perekonomian nasional akan tumbuh mencapai 5 persen year on year (yoy) pada kuartal IV-2021.
"Potensi berlanjutnya pertumbuhan ekonomi positif di kuartal I-2022 masih terbuka hanya saja memang jika dibandingkan pertumbuhan pada kuartal IV- 2021, diperkirakan akan lebih rendah," kata Rendi.
Menurut dia, aktivitas perekonomian di kuartal IV-2021 mulai menggeliat setelah pemerintah melonggarkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) ditambah momentum Natal dan Tahun Baru 2022 serta hari belanja nasional. Sedangkan di kuartal I-2022, faktor pendorong pertumbuhan ekonomi relatif lebih sedikit.
Namun demikian, konsumsi masyarakat masih akan menjadi penopang pertumbuhan di kuartal I-2022 karena berdasarkan Indeks Kepercayaan Konsumen di November 2021, konsumen semakin optimistis terhadap pertumbuhan ekonomi enam bulan ke depan.
"Di sisi lain, beragam bantuan pemerintah yang mulai disalurkan kembali di awal tahun, misalnya bansos, akan menjadi pendorong daya beli khususnya kelompok menengah ke bawah," katanya.
Dengan pulihnya perekonomian, Yusuf menilai inflasi pada 2022 juga akan lebih tinggi. Di samping itu, beberapa kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah seperti kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN), kenaikan harga gas, dan tarif cukai juga akan berdampak terhadap inflasi.
Untuk mengendalikan inflasi pemerintah perlu menjaga alur produksi dan distribusi komoditas yang berpotensi menyumbang inflasi tinggi, seperti beras, cabai, bawang, dan bahan pokok penting lain.
"Di sisi lain, karena inflasi juga berpotensi menekan daya beli masyarakat jika bergerak terlalu tinggi, oleh karenanya jaring pengaman sosial menjadi bagian esensial untuk diperhatikan pemerintah, bantuan seperti bantuan sosial dan subsidi harus tersalurkan secara cepat dan tepat," katanya.
Redaktur: Vitto Budi
Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Soal Penutupan TPA Open Dumping, Menteri LH: Ada Tahapan Sebelum Ditutup Total
- 2 Jadwal Liga 1 Indonesia Pekan ke-26: Jamu Persik, Persib Berpeluang Jaga Jarak dari Dewa United
- 3 Rekrutmen Taruna TNI 2025 Sudah Dibuka, Ini Link Pendaftaran dan Syaratnya
- 4 Pemerintah Kota Banjarmasin-Kemenkum Perkuat Sinergi Layanan Kekayaan Intelektual
- 5 Wakil Bupati Belitung Timur Menyarankan Warga Bayar Zakat di Pertengahan Ramadan