Tren Investasi Asing Langsung Global Turun hingga 2022
Foto: Sumber: BKPM – Litbang KJ/andJAKARTA - Investasi asing langsung atau Foreign Direct Investmen (FDI) secara global diprediksi mengalami tren penurunan hingga 2022. Menurut proyeksi UNCTAD dalam World Investment Report 2020, Covid-19 menyebabkan penurunan FDI secara global sekitar 20 persen pada tahun 2020. Nilai investasi itu diprediksi akan terus turun sebesar 5-10 persen pada 2021.
Pakar Ekonomi dari Pusat Kajian Iklim Usaha dan Rantai Nilai Global Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI), Mohamad D Revindo, dalam serial analisis ekonomi "Trade and Industry Brief" yang di Jakarta, Kamis (17/12), mengatakan pertumbuhan FDI diprediksi mulai membaik pada tahun 2022.
"Penurunan nilai FDI ini tentunya akan dirasakan oleh banyak negara berkembang, termasuk Indonesia," kata Revindo.
Sebab itu, upaya untuk menjaga agar investasi yang telah ada tidak lari keluar Indonesia menjadi sangat krusial.
Menurut Revindo, kemungkinan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2021 akan tergantung dari apakah isu kesehatan bisa diselesaikan. Hal itu menjadi isu yang sangat krusial.
"Selama tahun 2020, kita melihat bahwa pembukaan sektor-sektor ekonomi tidak disambut dengan peningkatan keyakinan konsumen secara optimal, sehingga tingkat penjualan dan output pun tetap belum maksimal," jelas Revindo.
Hal itu karena selama pandemi belum teratasi, konsumen masih merasa waswas dalam melakukan transaksi dengan datang ke toko dibanding online.
Di sisi lain, adanya aturan protokol kesehatan juga memengaruhi daya tampung pusat-pusat pertokoan dan skala ekonomi suatu usaha. Jasa restoran, perhotelan, pariwisata, dan penerbangan, papar Revindo, tentunya tidak akan beroperasi secara optimal, ketika masih adanya keengganan untuk melakukan kegiatan mobilisasi.
Meskipun survei konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada November 2020 mengindikasikan bahwa keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi telah meningkat menjadi 92,0 dibandingkan 79,0 pada bulan sebelumnya, akan tetapi upaya untuk menjaga optimisme penting, khususnya terkait dengan penurunan jumlah kasus positif pasien korona serta peningkatan tes secara masif.
Di sisi lain, BKPM memperkirakan nilai investasi global pada 2021 hanya satu triliun dollar AS, sehingga Indonesia perlu bekerja lebih keras.
Lindungi Investor
Secara terpisah, Pakar Hukum dari Universitas Airlangga Surabaya, Hadi Subhan, mengatakan penegakan dan kepastian hukum, serta perlindungan investor yang ada dari pungutan liar perlu diperkuat bila negara ingin menjaga investasi.
"Menurut data dari World Economic Forum, faktor nomor satu, yang mempengaruhi iklim investasi adalah soal korupsi termasuk di dalamnya pungli. Jadi, kalo mau membenahi iklim investasi maka kepastian hukum terutama, tidak ada pungli," kata Hadi.
Di sisi lain, Omnibus Law memang membenahi birokrasi, tapi pelaksanaannya perlu effort yang kuat dari pemerintah untuk memberantas pungli di berbagai sektor. n SB/E-9
Redaktur: Vitto Budi
Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Sejumlah Negara Masih Terpecah soal Penyediaan Dana Iklim
- 2 Bayern Munich Siap Pertahankan Laju Tak Terkalahkan di Bundesliga
- 3 Dishub Kota Medan luncurkan 60 bus listrik baru Minggu
- 4 Kasdam Brigjen TNI Mohammad Andhy Kusuma Buka Kejuaraan Nasional Karate Championship 2024
- 5 Kampanye Akbar, RIDO Bakal Nyanyi Bareng Raja Dangdut Rhoma Irama di Lapangan Banteng
Berita Terkini
- Klasemen Liga Inggris: Manchester City Gagal Dekati Liverpool
- Aletra Resmi Hadirkan MPV Listrik
- Film Tiongkok tentang Covid-19 Memenangkan Penghargaan Golden Horse Tertinggi di Taiwan
- Pelatih Tottenham Ungkap Kunci Keberhasilan Skuadnya Membantai City di Etihad
- Kemkomdigi Optimalkan Layanan Telekomunikasi Jelang Libur Akhir Tahun