Transplantasi Tinja Dan Serat Tambahan Berhasil Mengobati Sindrom Metabolik

Sebuah uji klinis yang menguji transplantasi tinja pada subjek yang sangat gemuk dengan sindrom metabolik telah menunjukkan bahwa pengobatan hanya bermanfaat dengan suplemen serat non-fermentasi. Uji coba fase 2, sensitivitas insulin meningkat 6 minggu setelah transplantasi tinja tunggal.

Melansir laman newatlas, bahwa bakteri usus mempengaruhi kesehatan kita secara umum, tetapi tantangan utama yang dihadapi para peneliti saat ini adalah menemukan cara untuk mengubah pengetahuan itu menjadi obat untuk penyakit mereka. Mungkin cara termudah adalah dengan mengambil sampel tinja dari orang yang sehat dan memberikannya kepada orang yang tidak sehat.

Dikenal sebagai Microbial transplantation in feses (FMT), metode ini hampir sama dengan yang Anda bayangkan. Kotoran dari donor disaring untuk organisme bakteri berbahaya dan kemudian disiapkan ke dalam kapsul yang diambil secara oral (atau dicampur dengan garam dan diberikan dari ujung yang lain). Tujuannya adalah untuk mengisi kembali mikrobiota subjek yang tidak sehat dengan bakteri baik dari subjek yang sehat.

"Kita tahu bahwa mikrobiota usus mempengaruhi semua proses ini, termasuk peradangan, metabolisme, dan fungsi kekebalan tubuh," jelas Karen Madsen dari University of Alberta. "Potensi untuk meningkatkan kesehatan manusia melalui mikrobioma tidak terukur. Pada titik ini, kami hanya menggores permukaannya saja."

Sayangnya, uji klinis pengujian FMT telah menghasilkan berbagai hasil sejauh ini. obesitas , penyakit radang usus , Alkoholisme Dan bahkan autisme Semua ditargetkan oleh FMT. Dan sementara ada tanda-tanda efektivitas yang menjanjikan, tidak ada yang benar-benar terbukti cukup konsisten untuk melewati batas.
Halaman Selanjutnya....