Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Tradisi Kuliner Ramadan yang Menepis Krisis dan Menyatukan Warga Libia

Foto : AFP/Mahmud Turkia

Kuliner Ramadan | Sejumlah sukarelawan sibuk membuat adonan bazin, hidangan tradisional dari Libia, sebelum dibagikan secara gratis di kota pesisir Tajura sebelah timur Tripoli pada 13 Maret lalu. Hidangan ini dibagikan sebagai bagian dari kampanye yang menggabungkan solidaritas sosial  dengan tradisi kuliner di Libia yang tengah dilanda krisis. 

A   A   A   Pengaturan Font

Karena krisis, membuat harga-harga bahan makanan di Libia melonjak. Namun hal itu tidak mengurangi solidaritas sosial warga di negara Afrika utara ini untuk menyediakan makanan gratis bagi orang-orang yang berpuasa selama bulan suci Ramadan

Dengan hanya mengenakan pakaian olahraga dan lengan digulung, sekitar 30 warga di Tajura, pinggiran timur ibu kota Libia, menjadi sukarelawan setiap hari untuk memasak dan membagikan sekitar 300 makanan selama Ramadan.

Laki-laki dari segala usia bergabung dalam upaya membuat bazin, adonan berbahan dasar jelai Libia yang disajikan dengan sup, sebagai bagian dari kampanye yang menggabungkan solidaritas sosial dengan tradisi kuliner untuk menyediakan makanan gratis bagi orang-orang yang berpuasa selama bulan suci umat Islam.

Mirip dengan polenta dari Italia atau fufu dari Afrika Barat, bazin, hidangan asli bangsa Berber ini adalah hidangan keluarga klasik dari Tripolitania, wilayah bersejarah di barat laut Libia. Hidangan ini juga merupakan simbol berbagi bagi warga Libia yang biasanya dimakan dengan tangan dari piring bersama pada tempat para tamu duduk di tanah.

"Di masa lalu, hidangan ini hanya tersedia di rumah-rumah yang disiapkan oleh perempuan dan disajikan kepada kerabat dan tetangga," kata Salem Omrane, seorang koki yang bertugas pada inisiatif yang terbentuk setelah pemberontakan tahun 2011 yang menggulingkan diktator Moamer Kadhafi. "Kini kami menawarkan makanan ini kepada semua orang yang datang," imbuh pria berusia 60 tahun itu kepada AFP.

Di samping Omrane, kaum laki-laki dalam kelompok yang terdiri dari tiga orang berputar mengelilingi panci besar dengan tongkat panjang di tangan, mencampurkan tepung jelai ke dalam air asin yang mendidih. Setelah matang, setidaknya selama satu jam, adonan panas mengepul tersebut diuleni dan dibagi menjadi potongan-potongan kecil, kemudian dibentuk seperti kubah, kemudian dimasukkan ke dalam mangkuk berisi rebusan kacang-kacangan, tomat, dan bumbu.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top