
“Tokenisme” Gen Z Jakarta Soal Iklim
Seorang aktivis memakai topi payung aspirasi saat mengikuti aksi Darurat Iklim di Jakarta, Jumat (27/9).
Foto: ANTARA/Sulthony HasanuddinJAKARTA – Pelibatan Generasi Z (Gen Z) Jakarta dalam masalah iklim hanya tokenisme alias tidak memiliki pengaruh apa-apa. Ini merupakan hasil penelitian Climate Rangers Jakarta. “Pelibatan Gen Z dalam kebijakan iklim, hanya tokenisme atau tanpa pengaruh nyata dalam pengambilan keputusan,” tutur Kepala Divisi Riset Climate Rangers Jakarta, Dwi Tamara, Rabu.
Ada 62,4 persen responden yang melihat bahwa pelibatan orang muda dalam kebijakan iklim masih bersifat tokenisme. Tokenisme adalah istilah untuk menggambarkan bahwa suatu kelompok atau komunitas yang terpinggirkan. Mereka hanya menjadi simbol “keadilan,” tanpa ada peran nyata.
Menurut Dwi Tamara, berdasarkan penelitian yang melibatkan 382 responden, Gen Z Jakarta, ditemukan bahwa 98,4 persen telah mendengar istilah perubahan iklim. Namun, masih terdapat kesenjangan pemahaman mengenai penyebab utama krisis ini.
- Baca Juga: Tangerang Selenggarakan Magang Calon Pekerja
- Baca Juga: Para Mantan Gubernur Hadiri Paripurna DPRD
Dwi menjelaskan bahwa sebanyak 37,7 persen responden masih percaya bahwa perubahan iklim disebabkan siklus alam. Sedangkan hanya 48,4 persen yang memahami bahwa faktor manusia, terutama penggunaan bahan bakar fosil menjadi penyebab utama.
“Laporan ini juga mengungkap bahwa 99,5 persen responden telah merasakan dampak perubahan iklim, terutama dalam bentuk cuaca ekstrem,” ujarnya. Dwi juga menyampaikan dari hasil penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa sebagian besar Gen Z menilai, upaya pemerintah dalam menangani perubahan iklim belum cukup.
Selain itu, mereka juga memandang bahwa keterlibatan dalam kebijakan iklim masih bersifat tokenisme, tanpa pengaruh nyata dalam pengambilan keputusan. Padahal partisipasi orang muda dalam pengambilan keputusan dibutuhkan karena mereka adalah kelompok rentan dari krisis iklim.
“Hasil studi menunjukkan bahwa hampir seluruh responden menegaskan pentingnya aspek keadilan dalam upaya mitigasi dan adaptasi krisis iklim,” katanya. Dwi menambahkan bahwa Gen Z menilai ancaman krisis iklim yang terjadi saat ini, pemerintah belum berupaya melaksanakan aksi yang ambisius dan berkeadilan.
Padahal, dampak akibat perubahan iklim semakin nyata dirasakan orang muda. Contoh, orang muda pesisir kehilangan waktu belajar karena banjir yang sering melanda wilayah mereka. Ada juga orang muda dengan penyandang disabilitas sering kali tidak dilibatkan dalam kebijakan dan aksi iklim yang dilaksanakan pemerintah.
Maksimalkan Potensi
Sementara itu, Ekonom Center of Reform on Economics (Core), Yusuf Rendy Manilet, menilai Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta Terpilih Pramono Anung-Rano Karno (Pram-Doel) perlu memanfaatkan potensi besar Jakarta untuk memperkuat posisi menjadi kota global dan pusat bisnis.
Menurut Yusuf, Jakarta memiliki modal yang cukup kuat untuk menjadi kota global, lantaran infrastruktur yang relatif lengkap serta kapasitas fiskal tinggi. “Sebelumnya, Jakarta memang punya modal kuat untuk menjadi kota global. Secara infrastruktur sudah lebih lengkap. Ini menjadi penopang untuk memperkuat posisi sebagai pusat bisnis,” jelas Yusuf.
Lebih jauh Yusuf menilai bahwa potensi ini dapat dimanfaatkan gubernur dan wakil gubernur baru untuk menjalankan program ekonomi. Ini termasuk menciptakan lapangan kerja dan mengurangi angka pengangguran.
Tysyf juga menyoroti pentingnya kelanjutan program seperti pembangunan konektivitas transportasi. Menurutnya, Pram-Doel harus memperkuat sistem transportasi yang telah dibangun. Mereka perlu mendorong masyarakat daerah penyangga seperti Depok, Bekasi, Tangerang, dan Bogor untuk memanfaatkannya.
“Konektivitas perlu dibicarakan. Pemerintah provinsi Jakartaberkolaborasi dengan pemimpin daerah sekitar untuk merancang kebijakan transportasi publik,” jelas Yusuf. Sebelumnya, Pramono Anung dalam kampanyenya menjanjikan anggaran 26 triliun untuk membangun sistem transportasi terintegrasi. Ini termasuk menggratiskan transportasi umum bagi 15 golongan. Di sisi lain, Pramono juga menjanjikan 300 miliar untuk permodalan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Jakarta.
Mantan Sekretaris Kabinet itu juga berjanji untuk mengentaskan kemiskinan lantaran menurutnya disparitas antara kaya dan miskin di Jakarta begitu timpang.
Berita Trending
- 1 Cegah Tawuran dan Perang Sarung, Satpol PP Surabaya Gencarkan Patroli di Bulan Ramadan
- 2 Gawat, Kredit Macet Pinjol Kian Mengkhawatirkan, Jumlahnya Sangat Fantastis
- 3 AWS Dorong Inovasi Melalui Pendidikan Berbasis STEAM
- 4 Gagal Eksplorasi, Kampus Urung Kelola Tambang
- 5 KLH dan Norwegia Bahas Perluasan Kerja Sama Bidang Lingkungan
Berita Terkini
-
Inilah Daftar Lengkap 16 Tim Babak Gugur Liga Champions
-
#IndonesiaGelap, Alarm bagi Publik Agar Tak Terlena Narasi Penguasa
-
Jembrana Bukan di Bali tapi di Bengkulu
-
Bangun Sinergi Pendidikan Global: Kerja Sama Pemerintah dan Queen Mary University Makin Dekat
-
Wasit Munuera Montero Dibebaskan dari Tuduhan Konflik Kepentingan