Tiongkok Temukan Padi Abadi, Tanam Sekali Panen 8 Kali
Sawah padi abadi di Tiongkok.
Foto: Foto IstimewaMenanam padi abadi menghemat 58 persen biaya tenaga kerja dan 49 persen biaya input lainnya pada setiap siklus pertumbuhan kembali.
KUNMING – Setelah bekerja selama lebih dari dua dekade, belum lama ini para peneliti di Universitas Yunnan, di Kunming, Tiongkok, mengumumkan bahwa mereka telah menciptakan varietas padi abadi baru yang disebut PR23.
Dalam temuan yang telah dipublikasikan dalam jurnal Nature Sustainability pada akhir tahun 2022 ini, para pembuatnya mengatakan padi abadi ini tidak harus ditanam lagi setiap musim. Sebaliknya, tanaman ini tumbuh dari tahun ke tahun dari akarnya yang sudah lama tumbuh di dalam tanah, seperti halnya rumput liar," ungkapnya seperti dikutip dari situs Indian Administrative Service (IAS) Toppers.
PR23 dibuat dengan cara menyilangkan padi semusim biasa Oryza sativa dengan varietas padi liar menahun dari Afrika.Varietas PR23 dapat menghasilkan delapan kali panen berturut-turut dalam empat tahun (karena tanaman dengan akar yang lebih kuat tumbuh kembali dengan kuat setelah setiap panen). Hasilnya 6,8 ton per hektare, sebanding dengan padi irigasi biasa.
"Ini berarti, tanaman tersebut membutuhkan lebih sedikit tenaga kerja sehingga mengurangi biaya bagi petani, sambil menghasilkan panen yang sama dengan tanaman standar," katanya.
Padi PR23 telah dibudidayalan oleh 44.752 petani kecil pada lahan seluas 15.333 hektare di Tiongkok selatan pada tahun 2021. Kini, padi ini berkembang di seluruh Asia Tenggara dan Afrika.
Menanam padi ini jauh lebih murah karena membutuhkan lebih sedikit tenaga kerja, benih, dan bahan kimia. "Menghemat 58 persen biaya tenaga kerja dan 49 persen biaya input lainnya, pada setiap siklus pertumbuhan kembali," katanya.
Mengubah Pertanian
Menurut mereka, tanah mengakumulasi hampir satu ton karbon organik (per hektare per tahun) seiring dengan peningkatan ketersediaan air bagi tanaman. Hal ini dapat mengubah pertanian dengan meningkatkan mata pencaharian, meningkatkan kualitas tanah dan dengan menginspirasi penelitian pada biji-bijian lainnya.
"Versi padi ini merupakan gambaran awal dari tanaman tahunan masa depan yang akan mengubah lanskap pertanian, melestarikan tanah yang rentan, dan memperkaya ekosistem alami," ujar para ilmuwan.
Mereplikasi keberhasilan serupa pada tanaman pangan lain, kini para peneliti tengah berupaya melihat apakah keberhasilan serupa dapat diterapkan pada tanaman pangan utama lain seperti gandum dan jagung.
Sebelumnya, ahli genetika tanaman di University of Illinois, Erik Sacks, yang berkolaborasi dengan para ilmuwan Tiongkok dan ikut menulis studi baru, mengatakan ini adalah perubahan dalam cara berpikir tentang pertanian.
"Ini benar-benar masalah besar. Ini adalah perubahan dalam cara kita berpikir tentang pertanian," kata Sacks seperti dikutip lamanWSKG.
Beberapa ilmuwan, termasuk Sacks, berharap varietas padi baru menjadi awal dari tanaman tahunan masa depan yang akan mengubah lanskap pertanian, melestarikan tanah yang rentan, dan memperkaya ekosistem alami.
Shilai Zhang, salah satu pemimpin kelompok riset Universitas Yunnan, mengatakan awalnya para peneliti Tiongkok mencoba membuat versi pada abadi pada era tahun 1970-an, tetapi gagal. Mereka mencapai terobosan penting pada 1996.
Berita Trending
- 1 Kampanye Akbar, RIDO Bakal Nyanyi Bareng Raja Dangdut Rhoma Irama di Lapangan Banteng
- 2 Cegah Jatuh Korban, Jalur Evakuasi Segera Disiapkan untuk Warga Sekitar Gunung Dempo
- 3 Dharma-Kun Berjanji Akan Bebaskan Pajak untuk Pengemudi Taksi dan Ojek Online
- 4 Kasad Hadiri Penutupan Lomba Tembak AARM Ke-32 di Filipina
- 5 Masyarakat Perlu Dilibatkan Cegah Gangguan Mental Korban Judol