
Tiongkok Peringatkan Batasan Filipina di LTS
Menlu Tiongkok, Wang Yi, berbicara pada Konferensi Keamanan Munich pada Jumat (14/2). Pada forum ini, isu sengketa LTS antara Tiongkok dan Filipina jadi sorotan.
Foto: AFP/Michaela STACHEMUNICH - Ketegangan maritim antara Tiongkok dan Filipina menjadi sorotan di Konferensi Keamanan Munich, dengan mantan wakil menteri luar negeri Tiongkok, Fu Ying, menyebut adanya batasan pendudukan fitur-fitur yang disengketakan di Laut Tiongkok Selatan (LTS).
Berbicara di sebuah forum di konferensi keamanan internasional tahunan pada akhir pekan, Fu mengatakan bahwa Tiongkok memiliki posisi yang sangat kuat dalam kepemilikan atas wilayah dan Beijing tidak boleh kehilangan wilayah mereka di kawasan sengketa tersebut.
Mantan wakil menteri itu pun mengatakan Tiongkok tidak akan setuju dengan Filipina yang menduduki Second Thomas Shoal dan Sabina Shoal yang berada di zona ekonomi eksklusif Filipina, di mana kapal-kapal Tiongkok dan Filipina telah saling berhadapan selama dua tahun terakhir.
- Baca Juga: Korsel Bersedia Terima Tawanan Perang Korut
- Baca Juga: Indonesia Jangan Reaktif Ucapan Trump
Fu, yang menjabat sebagai Duta Besar Tiongkok untuk Filipina dari tahun 1998 hingga 2000, berbicara tentang bagaimana Manila dengan sengaja mengkandaskan sebuah kapal angkatan laut tua di Shoal Thomas Kedua pada tahun 1999 untuk digunakan sebagai pos terdepan. Manila juga berusaha melakukan hal yang sama di Scarborough Shoal, yang diklasifikasikan sebagai terumbu karang di bawah Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS).
“Jika Filipina dapat mengambil terumbu karang lainya, bagaimana Anda bisa menghentikan negara lain?” Fu bertanya. “Bagaimana Anda bisa menghentikan Tiongkok mengambil lebih banyak (terumbu karang)? Kami mampu, tidak ada masalah, tetapi kami harus menahan diri,” ucap mantan diplomat itu seraya menambahkan bahwa Tiongkok berkomitmen pada Deklarasi tentang Perilaku Para Pihak di LTS yang mendesak negara penuntut untuk menangani perbedaan mereka secara konstruktif.
“Itu garis merah (batasan) yang tidak boleh dilewati siapa pun. Perilaku kenakalan semacam itu tidak boleh didukung,” tegas dia.
Sementara itu Menteri Luar Negeri Filipina, Enrique Manalo, mengatakan bahwa negaranya telah mengikuti hukum internasional. “Tetapi ketika negara lain menerapkan hukum domestiknya sendiri ke daerah-daerah tertentu dalam zona ekonomi eksklusif kami, maka itu benar-benar menciptakan jenis ketegangan yang telah kami alami terutama selama dua tahun terakhir,” ucap Menlu Manalo seraya menerangkan bahwa semua fitur yang disengketakan yang disebutkan oleh Fu, berjarak amat jauh dari daratan utama Tiongkok.
Sedangkan para menteri luar negeri dari G7 yang juga bertemu di Konferensi Keamanan Munich, menegaskan kembali komitmen mereka terhadap wilayah Indo-Pasifik yang bebas, terbuka dan aman, yang didasarkan sehubungan dengan aturan hukum dan kedaulatan , kata mereka dalam pernyataan bersama.
“Kami sangat menentang upaya Tiongkok untuk membatasi kebebasan bernavigasi melalui militerisasi dan kegiatan paksaan di LTS,” demikian bunyi pernyataan bersama G7.
Persaingan Strategis
Di sela-sela pertemuan di Munich, Menlu Amerika Serikat (AS), Marco Rubio, bertemu dengan Menlu Manolo dan ia tidak hanya menegaskan kembali komitmen aliansi AS-Filipina, tetapi juga mencatat antusiasmenya untuk membangun hubungan yang lebih diinvestasikan dan bertahan lama.
Sementara itu Fu berkata, yang menjadi perhatian Tiongkok sekarang adalah bayangan Amerika Serikat (AS) di belakang negara-negara penuntut.
Berbicara tentang persaingan AS-Tiongkok, diplomat utama Tiongkok, Wang Yi, setelah menyampaikan pidato utama pada pertemuan Munich, mengatakan bahwa kedua negara tidak boleh mengalami konflik, jika tidak, maka dunia akan menderita.
“Tiongkok penuh dengan kepercayaan pada masa depan hubungan Tiongkok-AS, tetapi jika Washington DC bersikeras menekan Beijing, maka Tiongkok tidak akan punya pilihan selain berjuang sampai akhir,” tegas Menlu Wang. RFA/I-1
Berita Trending
- 1 Gawat, Kredit Macet Pinjol Kian Mengkhawatirkan, Jumlahnya Sangat Fantastis
- 2 Klasemen Liga 1 Setelah Laga-laga Terakhir Putaran ke-23
- 3 Pendaftaran SNBP Jangan Dilakukan Sekolah
- 4 Dirut BPJS: Syarat Kepesertaan JKN Bukan untuk Mempersulit Jemaah Haji
- 5 Elon Musk Luncurkan Grok 3, Chatbot AI yang Diklaim 'Sangat Pintar'