Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Teknologi Transportasi

Tiongkok Luncurkan Prototipe Kereta Maglev Supercepat

Foto : AFP/STR

PELUNCURAN KERETA MAGLEV I Warga menyaksikan peluncuran prototipe lokomotif kereta maglev, di Kota Chengdu, Tiongkok, Rabu (13/1).

A   A   A   Pengaturan Font

CHENGDU - Tiongkok telah meluncurkan prototipe (purwarupa) lokomotif (kereta) dengan teknologi levitasi magnetik (magnetic levitation/maglev), di Kota Chengdu, Tiongkok barat daya, Rabu (13/1).

Kereta ini diklaim memiliki kecepatan maksimum 620 kilometer per jam. Disebut kereta maglev peluru super, kereta ini menggunakan teknologi maglev superkonduktor suhu tinggi (HTS) dan merupakan yang pertama di dunia dengan teknologi tersebut.

Purwarupa itu dibuat dengan biaya 60 juta yuan atau sekitar 9,3 juta dollar AS. Kereta tersebut dikembangkan oleh Universitas Jiaotong Southwest bekerja sama dengan dua perusahaan negara, China Railway Group dan CRRC Corporation. Purwarupa tersebut berukuran panjang 21 meter dan memiliki bodi ringan yang terbuat dari serat karbon.

Menurut para ahli yang membantu pengembangan, kereta maglev peluru super ini berbeda dengan kereta yang menggunakan teknologi suhu rendah di Jerman dan Jepang. Kereta maglev Tiongkok diklaim lebih ringan dan lebih murah untuk diproduksi dan dioperasikan.

Para insinyur yang terkait dengan proyek tersebut mengatakan bahwa teknologi HTS lebih cocok untuk transportasi tabung atau terowongan vakum. Jalur uji coba sepanjang 165 meter telah dibangun dan diluncurkan pada hari yang sama.

"Teknologi HTS dapat membuat kereta melayang tanpa listrik, dan dapat dipindahkan hanya dengan satu tangan," kata ahli dari Universitas Jiaotong Southwest, Deng Zigang, kepada Xinhua.

Dalam upacara peluncurannya, lokomotif sepanjang 21 meter itu terlihat mengambang perlahan di sepanjang jalur kereta. Para pakar memuji perkembangan penting teknologi HTS yang muncul dari sejumlah uji laboratorium di Tiongkok.

"Walaupun teorinya terdengar bagus, di masa lalu, semua orang melihat (teknologi maglev HTS) ini sebagai mainan laboratorium, tanpa tes dalam situasi nyata," kata Deng Zigang.

Dibanding teknologi maglev lainnya, teknologi HTS lebih cocok untuk konsep futuristik transportasi supercepat dalam tabung vakum, di mana kereta dapat mencapai kecepatan lebih dari 1.000 kilometer per jam, sebut para pakar.

Kereta maglev (magnetically levitated trains), dalam bahasa Indonesia disebut kereta api levitasi magnetik adalah jenis kereta api yang mengambang secara magnetik di atas relnya.

Seperti namanya, prinsip dari kereta api ini adalah memanfaatkan gaya magnet untuk mengangkat kereta sehingga mengambang, tidak menyentuh rel sehingga gaya gesek dapat dikurangi.

Kereta maglev juga memanfaatkan magnet sebagai pendorong. Dengan kecilnya gaya gesek dan besarnya gaya dorong, kereta ini mampu melaju dengan kecepatan sampai 600 km/jam, jauh lebih cepat dari kereta biasa.

Beberapa negara yang telah mengembangkan kereta api jenis ini adalah Tiongkok, Jepang, Prancis, Amerika, dan Jerman.

Disebabkan mahalnya pembuatan rel magnetik, di dunia pada tahun 2015 hanya ada dua jalur maglev yang dibuka untuk transportasi umum, yaitu Shanghai Transrapid di Tiongkok dan Linimo di Jepang.

Kereta Cepat Jakarta-Surabaya

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan berharap proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung dapat diperpanjang menjadi proyek kereta cepat Jakarta-Bandung-Surabaya. Pernyataan itu dia sampaikan saat pertemuan dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) China Wang Yi di Sumatera Utara.

"Presiden Joko Widodo sudah menyampaikan kepada Presiden Xi Jinping agar RRT dapat berpartisipasi dalam proyek tersebut," ujar dia dalam keterangan tertulisnya, Kamis (14/1).

Luhut menjelaskan untuk mematuhi persyaratan yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia, investor Tiongkok diminta turut mengembangkan sumber daya manusia (SDM) lokal, mulai dari memberikan pelatihan vokasi untuk 11 bidang, seperti terkait internet of things, artificial intelligence, big data, electric vehicle, dan manufaktur baterai.

"Tiongkok juga telah berkomitmen untuk mendirikan politeknik industri dan pemerintah Tiongkok merencanakan meningkatkan jumlah penerima beasiswa dari pelajar Indonesia, ditambah dengan pertukaran tenaga pengajar dan magang kerja," ungkap dia. n SB/P-4


Redaktur : Khairil Huda
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top