Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus

Tiongkok Belum Putuskan Kapan Buka Kedubes di Nauru

Foto : ANTARA/Desca Lidya Natalia

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Mao Ning berbicara kepada media di Beijing, Tiongkok, pada 16 Januari 2023.

A   A   A   Pengaturan Font

Beijing - Pemerintah Tiongkok belum memutuskan kapan akan membuka kedutaan besarnya di Nauru setelah negara di Kepulauan Pasifik itu mengakhiri hubungan diplomatik dengan Taiwan dan memilih untuk memulihkan hubungannya dengan Beijing.

"Kami akan merilis pengaturan khusus mengenai pemulihan hubungan diplomatik antara Tiongkok dan Nauru pada waktunya," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok,Mao Ning, kepada media di Beijing pada Rabu.

Nauru pada Senin (15/1) dikabarkan telah memutus hubungan diplomatik dengan Taiwan dengan menyatakan tidak akan lagi mengakui Taiwan sebagai "negara terpisah", melainkan "sebagai bagian yang tak terpisahkan dari wilayah Tiongkok". Pemerintah Nauru juga mengatakan tidak lagi mengembangkan hubungan resmi dengan Taiwan.

Pernyataan Nauru itu disampaikan usai pemilu Taiwandigelar pada Sabtu (13/1) dan dimenangkan olehWilliam Lai Ching-te dari Partai Progresif Demokratik (DPP).

"Saya ingin menekankan bahwa sebagai keputusan kolektif yang dibuat dalam rapat kabinet, pemerintahan Nauru mengakui prinsip 'Satu Tiongkok', memutuskan 'hubungan diplomatik' dengan Taiwan dan berupaya membangun kembali hubungan diplomatik dengan Tiongkok demi memenuhi aspirasi masyarakat Nauru," kataMao Ning.

Naurumulai menjalin hubungan diplomatik dengan Tiongkok pada 2002. Namun pada 2005,Nauru menjalin hubungan diplomatik dengan Taiwan dan memutus hubungan dengan Tiongkok.

"Tiongkok menghargai dan menyambut baik keputusan Nauru untuk memutus 'hubungan diplomatik' dengan Taiwan dan mengembalikan hubungan diplomatik dengan Tiongkok. Kami siap bekerja sama dengan Nauru untuk membuka babak baru dalam hubungan bilateral berdasarkan prinsip 'Satu Tiongkok," kataMao Ning.

Menurut dia, setelah pemulihan hubungan diplomatik, Tiongkok dan Nauru akan bekerja sama di berbagai bidang atas dasar kesetaraan, saling menghormati, saling menguntungkan, terbuka dan inklusif.

"Kami tidak akan menetapkan batasan mengenai bidang kerja sama, bidang-bidang tersebut akan ditentukan melalui pembicaraan kedua pihak," katanya.

Dia juga mengatakan bahwa Tiongkok tidak ikut campur dalam keputusan Nauru itu, seperti yang dikatakan oleh Wakil Menteri Luar Negeri Taiwan Tien Chung-kwang bahwa perubahan sikap Nauru itu adalah siasat Tiongkok untuk menekan capaian demokrasi Taiwan.

"Sikap Nauru adalah keputusan kolektif kabinet Nauru dan pilihan tepat yang dibuat secara independen oleh Nauru sebagai negara berdaulat. Parlemen Nauru dengan suara bulat mengadopsi resolusi untuk mendukung dan menegaskan keputusan pemerintah Nauru untuk melanjutkan hubungan diplomatik dengan Tiongkok dan berkomitmen untuk memperkuat hubungan diplomatik Nauru dengan Tiongkok," kataMao Ning.

Dia juga membantah adanya "diplomasi dolar" dari Tiongkok sebagai iming-iming kepada pemerintah Nauru.

"Perlu dipahami bahwa ada hal-hal yang tidak dapat dibeli oleh uang. Prinsip 'Satu Tiongkok' merupakan prinsip fundamental yang tidak dapat diperdagangkan dan merupakan konsensus internasional yang berlaku," kata dia.

Sebagai negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia, Tiongkok, kata Mao Ning, dapat memberikan kesempatan kepada Nauru untuk melakukan kerja sama praktis di berbagai bidang dan peluang pembangunan di Nauru.

Menyusul keputusan Naurutersebut, Taiwan dikabarkan akan menutup kedutaan besarnya di Nauru dan meminta Nauru menutup kedutaan besarnya di Taipei.

Dengan keputusan itu, kini hanya ada 12 negara yang menjalin hubungan diplomatik resmi dengan Taiwan:Belize, Eswantini, Guatemala, Haiti, Saint Kitts dan Nevis, Saint Lucia, Saint Vincent dan Grenadines, Kepulauan Marshall, Palau, Tuvalu, Paraguay dan Vatikan.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top