Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Tingginya Mortalitas Penyakit Jantung dan Stroke yang Terus Meningkat

Foto : Freepik/Jcomp

Ilustrasi seorang lansia mengalami serangan jantung.

A   A   A   Pengaturan Font

Serangan jantung dan stroke bersumbangsih terhadap empat dari lima kematian akibat penyakit kardiovaskular, terutama pada mereka yang usia-usia produktif.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan penyakit jantung dan stroke sebagai penyebab kematian utama di dunia. Penyakit jantung bahkan menjadi penyebab utama kematian di tingkat global selama 20 tahun terakhir, dengan jumlah kematian akibat penyakit jantung tercatat meningkat lebih dari 2 juta sejak tahun 2000, menjadi hampir 9 juta kematian pada tahun 2019. Sementara, stroke merupakan penyebab utama kecacatan di seluruh dunia dan penyebab kematian kedua.

Menurut Global Stroke Factsheet yang dirilis pada tahun 2022 mengungkapkan bahwa prevalensi stroke telah meningkat 102 persen pada periode 1990 hingga 2019. Kini, risiko seseorang terkena stroke telah meningkat sebesar 50 persen selama 17 tahun terakhir, di mana 1 dari 4 orang dilaporkan mengalami stroke seumur hidup. Pada periode yang sama, telah terjadi peningkatan kejadian stroke tercatat mencapai 70 persen. Begitu juga dengan kematian akibat stroke yang juga meningkat sebesar 43 persen. Fakta yang paling mencolok adalah bahwa sebagian besar beban stroke global atau 86 persen kematian akibat stroke terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah.

Di Indonesia, data WHO menunjukkan stroke merupakan penyakit penyebab kematian tertinggi di Indonesia, dengan 131,8 kasus kematian per 100 ribu penduduk pada 2019. Disusul kondisi jantung iskemik atau penyebab serangan jantung dengan 95,68 kasus kematian per 100 ribu penduduk selama periode yang sama. Menyusul keduanya, diabetes melitus dan tuberkulosis (TBC), yang masing-masing menyebabkan 40,78 kasus dan 33,24 kasus kematian per 100 ribu penduduk pada 2019.

Menurut WHO, serangan jantung dan stroke biasanya merupakan kejadian akut dan terutama disebabkan oleh penyumbatan yang mencegah darah mengalir ke jantung atau otak. Alasan paling umum untuk ini adalah penumpukan timbunan lemak di dinding bagian dalam pembuluh darah yang memasok jantung atau otak. Selain itu, stroke dapat disebabkan oleh pendarahan dari pembuluh darah di otak atau dari gumpalan darah.

Seringkali, gejala serangan jantung meliputi rasa sakit atau ketidaknyamanan di bagian tengah dada; dan/atau rasa sakit atau ketidaknyamanan di lengan, bahu kiri, siku, rahang, atau punggung. Selain itu, orang yang mengalami serangan jantung umumnya juga kesulitan bernapas atau sesak napas; mual atau muntah; pusing atau pingsan; keringat dingin; dan menjadi pucat.

Sementara, gejala stroke yang paling umum adalah kelemahan mendadak pada wajah, lengan, atau tungkai, yang paling sering terjadi hanya pada satu sisi tubuh. Selain itu, gejala lain termasuk serangan tiba-tiba yang menyebabkan mati rasa pada wajah atau lengan; kebingungan, kesulitan berbicara atau memahami pembicaraan; kesulitan melihat dengan satu atau kedua mata; kesulitan berjalan, pusing dan/atau kehilangan keseimbangan atau koordinasi; hingga sakit kepala parah tanpa penyebab yang diketahui; dan/atau pingsan.

Adapun, faktor risiko perilaku yang menyebabkan seseorang mengalami penyakit jantung dan stroke adalah pola makan yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, merokok, dan kebiasaan mengkonsumsi alkohol yang berlebihan. Efek dari faktor risiko perilaku dapat muncul pada individu sebagai peningkatan tekanan darah, peningkatan glukosa darah, peningkatan lipid darah, dan kelebihan berat badan dan obesitas.

Kabar baiknya, sejumlah faktor penyakit jantung dan stroke dapat diukur di fasilitas perawatan primer untuk mengindikasikan peningkatan risiko serangan jantung, stroke, gagal jantung, dan komplikasi lainnya. Risiko terkena penyakit jantung dan stroke juga dapat dihindari dengan tidak merokok, mengurangi konsumsi garam dan alkohol, makan lebih banyak buah dan sayuran, dan memperbanyak aktivitas fisik secara teratur.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top