Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Stabilitas Moneter

The Fed Harus Pertahankan Bunga Tinggi dalam Waktu Lebih Lama

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON - Pejabat senior Bank Sentral Amerika Serikat (AS), pada Senin (20/5), mengatakan Federal Reserve saat ini harus mempertahankan suku bunga pada level yang tinggi dalam jangka waktu lebih lama (higher for longer) dari perkiraan sebelumnya. Hal itu karena data inflasi baru-baru ini yang mengecewakan.

Dikutip dari Yahoo Finance, the Fed telah menaikkan suku bunga ke level tertinggi dalam 23 tahun dan mempertahankannya sebagai upaya menurunkan inflasi ke target jangka panjang sebesar dua persen.

Meskipun terdapat kemajuan yang signifikan pada tahun lalu, upaya melawan inflasi oleh the Fed menghadapi kemunduran pada tahun ini, dengan laju kenaikan harga konsumen yang kembali meningkat pada kuartal pertama.

Berbicara pada sebuah konferensi di negara bagian Florida, pada hari Senin, wakil ketua pengawasan the Fed, Michael Barr, mengatakan otoritas moneter itu telah membuat kemajuan luar biasa dalam menurunkan inflasi dari puncaknya pada 2022, sementara tingkat pengangguran tetap rendah.

"Kami belum mencapai target kami sebesar dua persen. Hasil ini tidak memberi saya peningkatan kepercayaan diri yang saya harapkan untuk mendukung pelonggaran kebijakan moneter dengan menurunkan suku bunga dana federal," kata Barr.

Baca Juga :
Rupiah Masih Tertekan

"Ini berarti bahwa kita perlu memberikan kebijakan restriktif beberapa waktu lagi agar dapat terus melakukan tugasnya," tambah Barr, anggota tetap komite penetapan suku bunga the Fed.

Pernyataan Barr serupa dengan pernyataan Ketua the Fed, Jerome Powell, yang mengatakan pada awal bulan ini bahwa bank sentral AS ini harus tetap bersabar dan membiarkan kebijakan restriktif melakukan tugasnya.

Sementara itu, Wakil Ketua the Fed, Philip Jefferson, yang merupakan anggota tetap komite penetapan suku bunga, mengatakan inflasi masih turun meskipun tidak secepat yang diinginkan. "Dalam membuat penilaian mengenai sikap yang tepat dari kebijakan suku bunga dari waktu ke waktu, saya akan dengan hati-hati menilai data yang masuk, prospek yang berkembang, dan keseimbangan risiko," katanya di New York.

Para pengambil kebijakan the Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga saat mereka bertemu bulan depan.

Tekanan ke RI

Pengamat ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Achmad Maruf, mengatakan higher for longer akan memberikan tekanan pada perekonomian Indonesia melalui berbagai kanal nilai tukar, inflasi, dan arus modal.

Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) perlu memonitor perkembangan itu dengan cermat dan menyiapkan langkah yang diperlukan untuk mengelola dampaknya guna menjaga stabilitas ekonomi dan mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan.

"Suku bunga yang tinggi di AS membuat investasi dalam dollar AS lebih menarik yang dapat mendorong arus modal keluar dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia," kata Maruf.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top