Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Review Alien: Romulus

Teror di Luar Angkasa dalam Sensasi Klasik Orisinal

Foto : Istimewa

Alien: Romulus berada pada time line (alur waktu) berada di antara dua sekuel pertama waralaba Alien.

A   A   A   Pengaturan Font

Sejak Rabu (14/8), jaringan bioskop Tanah Air telah menayangkan karya sutradara Fede Álvarez (Don't Breathe) dalam waralaba terbaru Alien. Film yang masuk nominasi Astra Midseason Award untuk Most Anticipated Movie ini membawa konsep klasik ala sekuel orisinal, Alien (1979).

Entah bagaimana, sutradara yang epik menampilkan waralaba adaptasi novelis Swedia Stieg Larsson's, dalam sekuel The Girl in the Spider's Web (2018) ini sanggup membawa Romulis menjauh dari konsep kosmik hi-tech dan megah yang ditampilkan Ridley Scott pada Prometheus (2012), namun tetap berhasil menekan saraf fans dengan warna-warna kelam, tempo lambat, dalam kekejaman dan ketegangan sepanjang 2 jam 48 menit

Alien: Romulus yang tampil lebih sederhana ini mengisahkan, Rain (Cailee Spaeny), buruh muda di sebuah planet tambang yang dieksploitasi dengan upah yang kecil dan berbagai kebohongan perusahaan, Weyland Enterprise.

Bersama Andy (David Jonsson), robot android baik hati warisan mendiang orang tuanya, dan sekelompok buruh lain, berusaha melarikan diri ke tata surya lain. Petualangan dimulai saat merek berusaha mencuri kapsul Cryogenic dari sebuah stasiun luar angkasa yang terbengkalai, untuk digunakan menempuh perjalanna antar galaksi.

Tanpa sepengetahuan kelompok remaja ini, stasiun yang mengapung di orbit tersebut, memiliki laboratorium yang menyimpan benih-benih makhluk Xenomorph dari misi USS Nostromo, pesawat luar angkasa yang digunakan Ripley dalam sekuel pertama 1979. Dapat ditebak, setelahnya banyak ketegangan dan jeritan hingga berlanjut dengan pembantaian satu demi satu kru Rain.

Sangat mengejutkan, film ini juga menghadirkan kembali salah satu karakter utama dari Alien tahun 1979. Bahkan untuk detil, Álvarez turut menampilkan Rain yang menggunakan The Alien Stomper, sepatu Reebok klasik yang dipakai Sigourney Waver dalam Alien 1979.

Hal-hal diatas menunjukkan usaha keras Álvarez untuk menjaga ruh orisnil sang Bapak Alien, Ridley Scott, sekaligus berusaha meraup penonton generasi sekarang, yang ia representasikan dalam enam karakter dalam kelompok remaja yang naas itu.

Dari The Guardian, posisi Alien: Romulus berada pada time line (alur waktu) di antara dua sekuel pertama waralaba Alien, meskipun dengan begitu kisah ini ada di luar narasi yang lebih besar. Dan takdir yang diasumsikan dari para penyintasnya akan berada dalam paralel rahasia dengan urutan yang berkelanjutan, meskipun mungkin mereka akan dibawa kembali dalam beberapa Alien Cinematic Universe.

Namun apapun penilaian masing-masing penonton, setidaknya film ini cukup berhasil membawa fans dalam sensasi nosatalgia "pop culture" 80-an.


Redaktur : Selocahyo Basoeki Utomo S
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top