![](https://koran-jakarta.com/img/site-logo-white.png)
Terjadi Lagi, 18 Anak Meninggal Usai Minum Obat Sirop Buatan India di Uzbekistan
Ilustrasi obat sirop.
Foto: NDTVNEW DELHI - Uzbekistan mengklaim, setidaknya 18 anak di negara itu meninggal setelah diduga mengonsumsi obat batuk sirop buatan India.
Menurut media India NDTV, Kamis (29/12), Kementerian Kesehatan Uzbekistan dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa anak-anak yang meninggal tersebut telah mengonsumsi obat batuk sirop Doc-1 Max yang diproduksi oleh Marion Biotech yang berbasis di Noida.
India telah meluncurkan penyelidikan atas klaim tersebut.
Hasil uji laboratorium terhadap sejumlah sirup menemukan adanya etilen glikol, zat beracun, kata kementerian itu.
Disebutkan pula sirup tersebut diberikan kepada anak-anak di rumah tanpa resep dokter, baik oleh orang tua atau atas saran apoteker dengan dosis yang melebihi dosis standar untuk anak-anak.
Ditemukan bahwa sebelum dirawat di rumah sakit, anak-anak minum sirup ini di rumah selama 2-7 hari dalam dosis 2,5 hingga 5 ml, tiga hingga empat kali sehari, yang melebihi dosis standar, kata kementerian tersebut.
Sirop itu digunakan oleh para orangtua sebagai obat anti-masuk angin.
Setelah kejadian kematian 18 anak, tablet dan sirop Doc-1 Max ditarik dari semua apotek di Uzbekistan, menurut pernyataan itu. Tujuh karyawan dipecat karena gagal menganalisis situasi waktu dan mengambil langkah tepat.
Penyelidikan bersama sedang dilakukan oleh tim Organisasi Pengawasan Standar Narkoba Pusat (CDSCO - zona utara) dan Otoritas Pengawasan dan Perizinan Narkoba Uttar Pradesh.
Perusahaan farmasi mengatakan, sampel obat batuk sirop telah dikumpulkan dari unit pabriknya dan mereka sekarang sedang menunggu laporan pengujian.
Uzbekistan juga telah meminta laporan penilaian korban.
Ini merupakan kedua kalinya dalam setahun obat batuk sirop buatan India berada di bawah pengawasan.
Awal tahun ini, 70 anak di Gambia meninggal dikaitkan dengan obat batuk sirop yang diproduksi Maiden Pharmaceuticals yang berbasis di Haryana.
Organisasi Pengawasan Standar Narkoba Pusat pada Oktober menutup unitnya di Sonepat karena melanggar standar manufaktur.
WHO sebelumnya mengatakan bahwa analisis laboratorium sirop obat batuk Maiden telah mengkonfirmasi jumlah dietilen glikol dan etilen glikol yang "tidak dapat diterima", yang dapat menjadi racun dan menyebabkan cedera ginjal akut.
Menanggapi WHO, Drugs Controller General India, VG Somani, mengatakan bahwa tes pada sampel produk Maiden di laboratorium pemerintah "ditemukan sesuai dengan spesifikasi" dan tidak ada zat beracun yang terdeteksi di dalamnya.
Redaktur: Lili Lestari
Penulis: Lili Lestari
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Leyton Orient Berharap Kejutkan City
- 2 PPATK Koordinasi ke Aparat Penegak Hukum terkait Perputaran Uang Judi Online Rp28,48 Triliun Jadi Aset Kripto
- 3 Diduga Terlibat Pemerasan, AKBP Bintoro Dipecat dari Polri
- 4 Ini Lima Kunci Sukses Iklan Video di YouTube
- 5 Rencana Perpusnas Mengurangi Jam Operasional Batal
Berita Terkini
-
Pertamina Bawa UMKM Tempe Asal Sukabumi Mendunia
-
Ketua Dewan Pembina SOKSI, Bamsoet: Rapat Pleno Diperluas SOKSI Tetapkan Munas XII SOKSI Digelar 20 Mei 2025
-
Rayakan Perbedaan dan Keberagaman, Bintang Hadirkan Instalasi Imersif ‘Bintang Dunia Tanpa Syarat’
-
Patrick Kluivert Kasih Masukan untuk Jersey Terbaru Timnas Indonesia
-
110 Ribu Akun Berpartisipasi Pilih Desain Jersey Timnas