
Terancam KKB, Delapan Guru dari Yahukimo Mengungsi ke Wamena
Sebanyak delapan guru dari Yahukimo mengungsi ke Wamena.
Foto: antara fotoWAMENA - Kepolisian Resor Jayawijaya menyebut delapan orang guru dari Yahukimo untuk sementara mengungsi ke Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan, sejak Sabtu (22/3), menyusul kabar adanya penyerangan dari kelompok kriminal bersenjata (KKB).
Delapan orang guru itu berasal dari Distrik Kurima dan Hitugi, yakni Femri Faofeto (Soe), Stefanus Taa (Nagekeo), Sonya Kresensia (Manggarai), Deviani (Sumba), Saktiar Situmorang (Batak), Ening Pakpahan (Batak), Feri Abindondifu (Biak), dan Agustinus jefrianus Kopon tokan (Adonara) .
Kapolres Jayawijaya Ajun Komisaris Besar Polisi Heri Wibowo ketika dikonfirmasi di Wamena, Minggu, membenarkan terdapat delapan orang guru dari Distrik Kurima dan Hitugi yang mengungsi ke Wamena sejak Sabtu.
"Mereka sementara menginap di Hotel Rannu Jaya Satu dan mereka dalam kondisi yang baik," katanya.
Menurut Kapolres, jarak antara Distrik Kurima dan Hitugi dengan Distrik Anggruk, tempat kejadian pembunuhan tenaga guru dan tenaga kesehatan serta pembakaran gedung, sangat jauh.
Ketika berkunjung ke penginapan delapan guru yang mengungsi dari Yahukimo, mereka terlihat dalam kondisi baik. Mereka sementara menggunakan dua kamar di Hotel Rannu Jaya Satu Wamena.
"Iya pak, kami sementara menggunakan dua kamar dengan swadaya membayarnya," kata salah satu guru yang mengungsi, Stefanus Taa.
Dia bersama tiga rekan guru mengungsi dari Distrik Kurima setelah mendengar kabar kejadian penyerangan kelompok kriminal bersenjata (KKB) terhadap rekannya di Distrik Anggruk.
"Kami panik sehingga meminta izin sama kepala sekolah tempat mengajar dan langsung menggunakan mobil ke Wamena. Sampai di sini sekitar pukul 15.30 WIT dengan membayar Rp650.000," ujarnya.
Cerita yang sama juga disampaikan salah seorang guru dari Distrik Hitugi bernama Agustinus Jefrianus Kopon Tokan.
"Dari Hitugi sampai di Wamena agak malam dan kendaraan digunakan kami bayar Rp250.000," katanya.
Stefanus Taa mengaku ingin segera turun ke Kota Jayapura, Papua, sambil menunggu informasi terkini kondisi di Kabupaten Yahukimo.
"Dari pihak Yayasan (Serafin) yang merekrut kami belum ada informasi apakah kita turun atau tidak. Tetapi kondisi seperti ini kayaknya harus mencari tempat aman untuk berlindung dulu," ujarnya.
Setelah waktu menginap habis Minggu pukul 12.00 WIT, pihaknya bingung mau ke mana karena mereka kesulitan finansial.
"Kami kalau ada pegangan (uang) tidak apa-apa karena sudah dua bulan ini gaji belum masuk sehingga agak bingung mau ke mana lagi," katanya.
Dia bersama rekan guru panik sehingga meninggalkan tempat tugas dan takut kejadian di Distrik Anggruk bisa terjadi di tempat mereka.
Delapan orang guru itu bertugas di dua sekolah dasar (SD) berbeda, yakni SD YPK Polimo Kurima dan SD Inpres Hitugi.
Berita Trending
- 1 Jalur pendakian Gunung Tambora masih ditutup imbas cuaca ekstrem
- 2 Demi Keselamatan, Menhub Tekankan Pentingnya Kesehatan Pengemudi
- 3 Merch-Making Market Sebagai Music Merchandise Expo dengan Beragam Program Menarik
- 4 Manado Banjir, Lantamal VIII Kerahkan Tim Bantu Evakuasi Warga
- 5 Jabar Pasang 400 Titik PJU di Jalur Mudik Garut