Tantangan Penyediaan Pangan Masyarakat Makin Kompleks
Foto: ISTIMEWAJAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Pertanian menyatakan program Penambahan Areal Tanam atau (PAT) merupakan salah satu antisipasi terhadap krisis pangan global. Hal itu karena situasi pangan global saat ini dalam kondisi yang kurang baik.
Tantangan yang dihadapi dalam penyediaan pangan bagi masyarakat saat ini pun semakin kompleks dengan peringatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terkait kondisi kekeringan saat musim kemarau tahun 2024. Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, dalam rapat kerja bersama Komisi IV DPR RI di Jakarta, Senin (26/8), mengatakan saat ini terdapat 58 negara dalam kondisi kelaparan, 725 juta penduduk dunia menderita kekurangan gizi, dan 7-16 persen penduduk Indonesia masih rentan kelaparan. Kondisi itu merupakan peringatan bagi ketahanan pangan nasional Indonesia karena tanaman pangan akan berdampak terhadap ketahanan negara.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa luas tanaman padi pada masa tanam Oktober sampai Juni 2024 sebesar 8,61 juta hektare dan mengalami penurunan 4,2 juta hektare atau 32,8 persen jika dibandingkan rata- rata periode yang sama tahun 2015- 2019 yaitu 12,82 juta hektare.
Penurunan luas tanam itu sangat mempengaruhi luas panen padi yang berdampak pada penurunan produksi yang dihasilkan. Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Dwijono Hadi Darwanto, mengatakan meskipun perluasan lahan merupakan langkah penting untuk meningkatkan produktivitas padi, ada beberapa faktor yang harus dicermati dengan saksama sebelum program itu diimplementasikan. Pertama, tingkat kesuburan tanah pada lahan yang akan diperluas harus diperiksa secara mendalam. Tanah yang subur menjadi dasar bagi keberhasilan pertanian, terutama untuk tanaman padi yang membutuhkan nutrisi yang cukup untuk menghasilkan panen yang optimal.
"Sebelum melakukan pemupukan, penting untuk memastikan bahwa lahan tersebut memiliki kesuburan yang memadai agar proses pemupukan dapat berjalan dengan efektif," katanya. Kedua, kata Dwijono, menekankan pentingnya jaringan irigasi dalam mendukung produktivitas padi. Ketersediaan air irigasi yang berkelanjutan adalah kunci untuk menjaga kesuburan tanah dan mendukung pemupukan yang efektif. Dalam konteks itu, irigasi bukan hanya sekadar penunjang, tetapi merupakan komponen penting yang tidak bisa diabaikan.
Tanpa irigasi yang baik, perluasan lahan saja tidak akan cukup untuk mencapai peningkatan produktivitas yang diharapkan. Dengan demikian, Dwijono mengingatkan bahwa perluasan areal tanam sebagai bagian dari upaya peningkatan produktivitas padi harus dilakukan secara holistik. Selain memperluas lahan, pemerintah juga harus memastikan bahwa lahan tersebut didukung infrastruktur irigasi yang memadai dan dikelola dengan memperhatikan tingkat kesuburan tanah. "Hanya dengan pendekatan yang komprehensif ini, program PAT dapat mencapai tujuannya untuk mengatasi tantangan pangan di tengah situasi global yang semakin kompleks," tandasnya.
Bahan "Input"
Direktur Eksekutif Institute For Development of Economics and Finance (Indef), Esther Sri Astuti, mengatakan ekstensifikasi adalah salah satu solusi meningkatkan produksi, namun yang harus ditingkatkan adalah ketersediaan dan kemudahan mengakses bahan input, seperti pupuk, bibit, pemberantas hama, dan lain sebagainya. Kemudian, bimbingan teknis dari petugas penyuluh lapangan. Jadi, petani tidak asal tanam, tetapi tahu bagaimana bertanam yang menghasilkan produksi yang tinggi.
"Petani juga perlu dikenalkan dengan teknologi untuk bisa meningkatkan produksinya, terutama melakukan mitigasi atas perubahan iklim agar panennya tidak gagal," katanya. Lalu, penyediaan infrastruktur dan sarana prasarana pertanian juga harus ditingkatkan, seperti pengairan, traktor, dan lain lain.
"Intinya tidak hanya ekstensifikasi, intensifikasi juga harus diperhatikan," kata Esther. Sementara itu, Manajer Riset Sekretaris Nasional Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra), Badiul Hadi, mengatakan PAT perlu dilakuan kajian yang baik terutama terkait kesiapan infrastruktur, kondisi sumber daya alam (SDA), dan alokasi anggaran yang memadai.
Peringatan BMKG menjadi alarm yang diprediksi akan jauh lebih kering, artinya program PAT akan menghadapi tantangan serius. Dalam konteks anggaran, PAT membutuhkan alokasi anggaran yang tidak sedikit untuk memastikan keberhasilannya, mulai dari penyediaan benih, irigasi, pupuk, hingga teknologi tepat guna untuk menghadapi potensi kekeringan.
Redaktur: Vitto Budi
Penulis: Eko S, Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 3 Sejumlah Negara Masih Terpecah soal Penyediaan Dana Iklim
- 4 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
- 5 Ini Kata Pengamat Soal Wacana Terowongan Penghubung Trenggalek ke Tulungagung