Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Tanamkan Semangat Toleransi lewat Dongeng

Foto : Istimewa

PENDIDIKAN KARAKTER I Penerima SATU Indonesia Awards 2020 Bidang Pendidikan, Eklin Amtor de Fretes membagikan pengalamannya mendongeng untuk memperkuat pendidikan karakter pada webinar Inspiranation 12th SATU Indonesia Awards 2021, di Jakarta, Jumat (7/5).

A   A   A   Pengaturan Font

P

endidikan menjadi salah satu komponen investasi yang menentukan masa depan dan kemajuan peradaban bangsa. Dalam meraih tujuan tersebut tentu tidak terlepas dari peranan para pemuda terbaik bangsa yang turut berpartisipasi mencerdaskan anak-anak untuk membangun negeri ini.

Mencerdaskan generasi muda itu bisa dilakukan dengan banyak cara, antara lain mendongeng seperti yang dilakukan Eklin Amtor de Fretes. Mendongeng ala Eklin ini sangat menginspirasi dan dia berhak menerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2020 bidang pendidikan.

Eklin yang juga dikenal sebangai pendongeng kreatif untuk anak Maluku ini pada Jumat (7/5) membagikan pengalamannya dalam webinar Inspiranation with 12th SATU Indonesia Awards 2021. Acara dengan tema Pendidikan Pilar Kekuatan Bangsa ini diadakan oleh Astra berkolaborasi dengan Young On Top.

Tampil juga dalam webinar ini Alena Wu, seorang penyanyi sekaligus pendiri Alena Sahabat Anak (ASA) dan Prof Fasli Jalal, Rektor Universitas YARSI dan Guru Besar Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta yang juga merupakan juri SATU Indonesia Awards ke-12.

Pesan Perdamaian

Lebih jauh Eklin menjelaskan lewat dongeng dia bercerita tentang pesan perdamaian, yakni pluralisme dan toleransi, bersama dengan bonekanya yang bernama Dodi (Dongeng Damai).

"Saya mendongeng dengan pendidikan karakter yang kontekstual. Disesuaikan dengan keberadaan dan kebutuhan anak-anak yang menerima pendidikan karakter melalui dongeng-dongeng," tutur pria yang belajar berdongeng lewat YouTube tersebut.

Eklin juga membuat program Youth Interfaith Peace Camp. Ini merupakan sebuah program untuk berbagi tentang nilai perdamaian dan menghidupkan perdamaian lewat kreativitas dan keseharian hidup. Sebanyak 90 pemuda lintas iman di Maluku (Islam, Kristen, Katholik, Agama Suku Nuaulu) telah mengikuti Youth Interfaith Peace Camp.

Setelah membuat program ini, Eklin mulai berdongeng untuk menyampaikan pesan terkait pendidikan perdamaian bagi anak-anak kecil di Maluku. Ini dilakukan guna melawan cerita-cerita konflik yang membawa segregasi wilayah di Maluku melalui Dongeng Damai atau Dodi seperti nama dari boneka yang ia gunakan sebagai alat peraga dalam berdongeng.

Hebatnya lagi pada tahun 2019, Eklin membuat program baru yaitu Belajar di Rumah Dongeng Damai yang di dalamnya berisikan pelajaran Bahasa Inggris, Bahasa Jerman, dan kelas seni. Hal ini rutin dilakukan untuk anak-anak di daerah Maluku agar anak-anak dapat mendongeng dengan berbagai bahasa sambil melakukan seni.

"Mengajarkan ilmu tidak melulu soal akademis namun juga nilai positif yang bisa diajarkan sedari dini. Harapannya agar dongeng bisa tetap hidup tidak hanya menjadi media pendidikan tapi khususnya dapat menghidupkan nilai dan merawat perdamaian di Maluku," tegasnya.

Semangat Eklin dalam memajukan dunia pendidikan dan merawat perdamaian ini, menurut suaran pers yang diterima Koran Jakarta, sejalan dengan cita-cita PT Astra International Tbk, untuk sejahtera bersama Bangsa dan tujuan empat SDGs yakni pendidikan berkualitas.

Dalam webinar tersebut Alena bercerita tentang kontribusi dalam membekali pendidikan anak tak mampu yang sudah dijalankan sejak tahun 2009. Kini ASA telah membekali pendidikan kepada ratusan anak-anak.

Prof. Fasli Jalal merespons positif kontribusi yang dilakukan Eklin & Alena apalagi dalam dunia pendidikan. "Tujuan pendidikan lebih dari sekadar agar memperoleh pekerjaan. Hal penting lainnya yaitu untuk membangun karakter dan membantu kemajuan bangsa karena kekuatan masa depan bangsa terletak di tangan masyarakat yang berpendidikan," ujarnya.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Marcellus Widiarto

Komentar

Komentar
()

Top