Tak Usah Khawatir dengan Trump, Pakar Ekonomi Ini Optimistis RI Bisa Ambil Keuntungan dari Perang Dagang
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unika Atma Jaya, YB. Suhartoko, mengatakan di tengah perang dagang, RI bisa meningkatkan kerja sama di bidang hilirisasi dengan AS hingga baterai untuk kendaaran listrik apalagi RI punya cadangan nikel yang melimpah
Foto: istimewaJAKARTA- Donald Trump diperkirakan akan kembali menerapkan kebijakan proteksionisme ekstrim setelah ia dilantik sebagai Presiden AS pada Januari tahun depan. Trump misalnya sudah keluarkan pernyataan bakal menaikan tarif impor tinggi untuk produk dari China, Kanada dan Meksiko.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unika Atma Jaya, YB. Suhartoko pada Koran Jakarta, Kamis (12/12) mengatakan, AS biasanya tidak menerapkan kebijakan ketat dengan negara yang buat mereka menguntungkan.
Dengan RI papar dia, potensi meningkatkan kerja sama cukup besar, mengingat AS merupakan salah satu mitra dagang terbesar. Dalam konteks hilirisasi, kerja sama yang dapat ditingkatkan adalah peningkatan investasi AS di Indonesia yang hasilnya produk setengah jadi yang bisa diekspor ke AS sebagai input industri mereka.
"Kerja sama pengembangan baterai mobil juga bisa dilakukan dalam era mobil listrik saat ini. Ini bertujuan mengurangi ketergantungan terhadap Tiongkok,"ucap Suhartoko yang juga sebaga peneliti pada Institute for Financial and Economic Studies (IFES).
RI terangnya bisa mengambil keuntungan dari perang dagang (trade war) AS-Tiongkok. "Dengan kondisi saat ini, saya kira RI bisa mempunyai bargaining position yang kuat, punya cadangan nikel yang melimpah,"ucapnya
Di sisi lain juga kebutuhan Tiongkok akan baterai sangat besar yang tidak mungkin dicukupi sendiri. RI bisa memanfaatkan momentum itu.
Landasan pemikiran Suhartoko juga dengan melihat kunjungan Presiden Prabowo ke AS beberapa waktu lalu. Kendatipun masih dijabat oleh Joe Biden tetapi dia melihat hubungan baik dengan Trump juga terbaca dari perbincangan Prabowo dengan Trump melalui telephone setelah Trump kembali terpilih sebagai Presiden AS menggantikan Joe Biden.
Sehari sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan kewaspadaan pemerintah terhadap dampak kebijakan ekonomi dan politik Amerika Serikat (AS) setelah terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS.
Dalam konferensi pers APBN KiTa edisi Desember 2024, Sri Mulyani menjelaskan bahwa arah kebijakan Trump kemungkinan besar akan lebih akseleratif dibandingkan masa jabatan sebelumnya, dengan implikasi signifikan terhadap ekonomi global, termasuk Indonesia.
Redaktur: Muchamad Ismail
Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Akhirnya Setelah Gelar Perkara, Polisi Penembak Siswa di Semarang Ditetapkan Sebagai Tersangka
- 2 Jakarta Luncurkan 200 Bus Listrik
- 3 Krakatau Management Building Mulai Terapkan Konsep Bangunan Hijau
- 4 Kemenperin Usulkan Insentif bagi Industri yang Link and Match dengan IKM
- 5 Indonesia Bersama 127 Negara Soroti Dampak dan Ancaman Krisis Iklim pada Laut di COP29
Berita Terkini
- Hardjuno Wiwoho: DPR Harus Tunjukkan Political Will untuk Segera Sahkan RUU Perampasan Aset
- Hati-hati Tergoda Diskon, Kenali Trik Psikologis yang Mengelabui Otak dan Memicu Perilaku Belanja Impulsif
- Hakim PN Jaksel Tunda Sidang Gugatan terkait Munaslub Kadin Anindya Bakrie
- Bakrie Digugat 18 Orang
- Megawati Setuju dengan Program Makan Bergizi Gratis, tapi Minta Jangan Rp10.000 Per Porsi. Ini Alasannya