Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Bandung Internasional Arts Festival

Suguhkan Pagelaran Tari Jaipong Massal

Foto : foto-foto: koran jakarta/teguh rahardjo
A   A   A   Pengaturan Font

Namun, tarian Jaipong juga dianggap vulgar oleh sejumlah orang bahkan pejabat di Jabar saat itu. Sehingga sempat pula dilarang tampil, apalagi di acara-acara resmi pemerintahan. Saat kemunculan pertama pada 1982, pro kontra muncul. Gubernur Jabar bahkan melarang. Tahun-tahun berikutnya pun demikian hingga era 90-an. Kaum ibu dan agamawan menganggap gerakan Jaipong sangat erotis dan vulgar sehingga penari Jaipong pun direndahkan derajatnya.

Namun perkembangan seni Jaipong tetap berjalan. Tetap mendapatkan tempat tersendiri di hati masyarakat Jabar, yang akhirnya diakui bukan sebagai seni rendahan namun memiliki nilai luhung sebagai bentuk hasil sosial bidaya masyarakat tatar Sunda.

Beberapa penari Jaipong yang kemudian terkenal antara lain Tati Saleh, Yeti Mamat dan Eli Somali. Semakin terkenal dengan munculnya Daun Pulus. Kehadiran trio ini semakin menarik bagi perkembangan Jaipongan di Jabar. Apalagi kemudian artis dangdut Camelia Malik juga sering menari Jaipongan saat melantunkan lagu dangdut di setiap konsernya.

Mas Nanu Muda, pelaku seni tradisi Jabar bercerita, jika proses terciptanya Daun Pulus Keser Bojong terjadi saat malam hari, ketika Gugum Gumbira, sang maestro, sedang memandang pohon yang daunnya lebar seperti daun jati, namanya daun pulus. Muncullah syair lagu dari daya kreativitasnya yang tinggi. Karena Gugum juga dikenal sebagai tukang kendang, pelaku dunia tari Jabar dan menguasai ketuk tilu, tayuban, bangreng hingga bajidoran ditambah pencak silat, membuatnya mudah menemukan gerakan baru.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top