Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Bandung Internasional Arts Festival

Suguhkan Pagelaran Tari Jaipong Massal

Foto : foto-foto: koran jakarta/teguh rahardjo
A   A   A   Pengaturan Font

Tari Jaipong yang diiringi lagu Daun Pulus Keser Bojong sempat booming di era 80-an, tepatnya muncul pada 1982. Sejak saat itulah, Jaipong menjadi tarian khas asal Jawa Barat (Jabar) yang terkenal secara nasional bahkan mendunia.

Akhir pekan ini, Minggu (29/7), tarian Jaipong akan kembali diperkenalkan kepada masyarakat melalui pagelaran tarian massal yang diikuti 2.500 orang penari yang diselenggarakan Masyarakat Seni Rakyat Indonesia (MASRI) dan Dinas Pariwisata Kota Bandung. Event ini diselenggarakan terkait dengan Bandung Internasional Arts Festival (BIAF#4). Sebuah pertunjukan seni tari kolosal yang sayang jika dilewatkan.

Tari lagu Daun Pulus Keser Bojong seakan menjadi marterpiece bagi seni tari Jaipong yang dipopulerkan oleh Gugum Gumbira. Masyarakat seni tari bahkan masyarakat umum heboh dengan kemunculannya pada 1982.

Lagu Daun Pulus Keser Bojong bahkan tidak hanya populer di Jabar saja, tapi ke seluruh Indonesia. Penjualan kasetnya bahkan tembus hingga dua juta keping. Sebuah raihan fenomenal bagi penjualan kaset yang bukan lagu populer saat itu. Seni tradisi ternyata mampu bersaing dalam pasar pop kreatif.

Yang menjadi terkenal juga adalah tarian Jaipongnya. Dengan tiga gerakan khas yakni tiga G, Gitek, Geol dan Goyang, yang merupakan pakem baru saat itu, langsung mengambil hati masyarakat. Pertunjukan jaipongan kala itu laris dan menjadi tontonan wajib, baik di acara seni hingga acara hajatan.

Namun, tarian Jaipong juga dianggap vulgar oleh sejumlah orang bahkan pejabat di Jabar saat itu. Sehingga sempat pula dilarang tampil, apalagi di acara-acara resmi pemerintahan. Saat kemunculan pertama pada 1982, pro kontra muncul. Gubernur Jabar bahkan melarang. Tahun-tahun berikutnya pun demikian hingga era 90-an. Kaum ibu dan agamawan menganggap gerakan Jaipong sangat erotis dan vulgar sehingga penari Jaipong pun direndahkan derajatnya.

Namun perkembangan seni Jaipong tetap berjalan. Tetap mendapatkan tempat tersendiri di hati masyarakat Jabar, yang akhirnya diakui bukan sebagai seni rendahan namun memiliki nilai luhung sebagai bentuk hasil sosial bidaya masyarakat tatar Sunda.

Beberapa penari Jaipong yang kemudian terkenal antara lain Tati Saleh, Yeti Mamat dan Eli Somali. Semakin terkenal dengan munculnya Daun Pulus. Kehadiran trio ini semakin menarik bagi perkembangan Jaipongan di Jabar. Apalagi kemudian artis dangdut Camelia Malik juga sering menari Jaipongan saat melantunkan lagu dangdut di setiap konsernya.

Mas Nanu Muda, pelaku seni tradisi Jabar bercerita, jika proses terciptanya Daun Pulus Keser Bojong terjadi saat malam hari, ketika Gugum Gumbira, sang maestro, sedang memandang pohon yang daunnya lebar seperti daun jati, namanya daun pulus. Muncullah syair lagu dari daya kreativitasnya yang tinggi. Karena Gugum juga dikenal sebagai tukang kendang, pelaku dunia tari Jabar dan menguasai ketuk tilu, tayuban, bangreng hingga bajidoran ditambah pencak silat, membuatnya mudah menemukan gerakan baru.

Menurut Mas Nanu, gerakan-gerakan Jaipong menunjukan kesederhanaan melalui goyang pinggul yang sangat komunikatif dengan segala lapisan masyarakat. Makanya tidak heran Daun Pulus membumi di tatar Pasundan. Tarian ini bahkan seakan menjadi ikon seni tari dari Jabar. tgh/R-1

Nonton di Area Publik

Karya-karya tari Jaipong terus berkembang, banyak kreator yang menambahkan gerakan baru yang atraktif namun tetap memegang pakem Gitek, Geol, Goyang dalam tariannya. Jaipong kini menjadi ekspresi kreatif para seniman tari di Jabar.

Bentuk kreativitas Jaipong ini dapat disaksikan di event yang pertama kali digelar di Kota Bandung, tepatnya di acara Car Free Day Jalan Dago Kota Bandung, pada Minggu.

Penari Jaipong yang tergabung dalam 2.500 penari Daun Pulus Keser Bojong akan menyatu dalam gerakan tarian serempak. Mengeksploitasi gerakan goyangan nan eksotis dan enerjik. Tarian yang dilakukan secara massal sejak pukul 08.00 WIB pagi itu sekaligus untuk menunjukan betapa merakyatnya Jaipong di masyarakat Jabar. Perilaku masyarakat dinamis, unik akan terlihat dari goyangan ribuan penari Jaipong.

Mas Nanu menyebutkan para penari itu akan menari dengan diiringi tepakan kendang yang akan mengikuti gerakan penari. Juga akan diiringi dengan lagu gending sebagai penguatnya.

"Kurang lebih ada 122 sanggar dari berbagai kabupaten dan kota di Jabar yang akan menyemarakan event besar ini," jelasnya.

Kegiatan ini sekaligus akan menjadi pencerahan bagi para pelaku seni tari di Jabar, bahwa menari tidak hanya dibatasi di atas pangung, tapi bisa juga dilakukan di area publik , termasuk jalan raya. tgh/R-1

Pameran Seni Sebulan Penuh

Selain event seni tari Jaipong yang ditampilkan secara massal, selama satu bulan penuh akan berlangsung sejumlah pameran seni. Seniman Bandung memamerkan karya mereka di sejumlah venue di Kota Bandung, sejak 14 Juli hingga 15 Agustus.

Penggagas acara Bandung Connect yang juga kurator seni, Rifky Effendi, mengatakan dalam satu bulan terdapat lebih dari 80 event seni yang akan berlangsung di 30 venue yang diperkirakan akan diramaikan lebih dari 200 seniman asal Bandung. Tentunya ada ratusan karya seni yang dapat dinikmati di Bandung.

Ia mengatakan, selain pameran seni, juga akan berlangsung workshop seni, seminar dan dialog seni yang dapat diikuti oleh masyarakat umum. Jadwal event sendiri dapat diakses masyarakat di website Bandung Connect yakni www.bdgconnex.net. Di web tersebut semua jadwal, senimannya siapa yang akan tampil dapat jelas terlihat. Bahkan bisa melakukan transaksi karya seni.

Mengambil tema event "Balik Bandung" ada sejumlah seniman terutama pelukis terkenal asal Bandung yang sudah lama tinggal di luar negeri akan kembali dan berpameran di Kota Bandung. tgh/R-1

Komentar

Komentar
()

Top