Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Studi Ungkap Pria Lebih Berisiko Alami Kanker Kulit Melanoma daripada Wanita

Foto : Waters Edge Dermatology

Ilustrasi.

A   A   A   Pengaturan Font

Skin Cancer Foundation atau Yayasan Kanker Kulit memprediksi kanker melanoma akan menyerang lebih banyak pria daripada wanita pada 2023.

Data yang diperoleh dari perhitungan Badan Kanker Amerika atau American Cancer Society menerangkan, dari 97.610 kasus kanker melanoma yang bersifat invasif di Amerika Serikat (AS), 58.120 kasus di antaranya menyerang laki-laki. Smenetara sisanya, yakni 39.490 kasus menyerang perempuan. Tak hanya perihal besaran kasus, korban meninggal akibat kanker kulit yang paling mematikan ini juga didominasi oleh pria. Pada 2023, diprediksi akan ada 7,990 kasus kematian karena melanoma, di mana 5,420 korban merupakan pria dan 2,570 kasus kematian terjadi pada wanita.

Didominasinya kanker melanoma oleh pria sendiri bisa disebabkan oleh beragam faktor. Dalam studi bertajuk "Gender and skin cancer linked", dijelaskan bahwa pria berisiko lebih besar untuk terserang kanker kulit karena kulit mereka tidak mempertahankan antioksidan layaknya kulit wanita. Sementara itu, studi lain berpendapat bahwa kadar estrogen wanita yang lebih tinggi justru menawarkan perlindungan terhadap kulit.

Namun, menurut dokter kulit sekaligus profesor dermatologi klinis di New York University, Jeremy Brauer, kanker melanoma yang lebih banyak menyerang pria bisa disebabkan adanya kesalahan persepsi tentang dampak sinar matahari dan kanker kulit. Sebuah survei yang termuat dalam studi "The Context of Sunburn Among U.S. Adults: Common Activities and Sun Protection Behaviors", ditemukan bahwa pria cenderung kurang mengetahui tentang risiko kanker kulit daripada wanita dan akibatnya cenderung tidak menggunakan tabir surya atau sunscreen.

Dawn M. Holman, ilmuwan perilaku di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) yang telah mempelajari penggunaan tabir surya di Amerika Serikat, mengatakan lebih sedikit pria yang menggunakan sunscreen ketika keluar rumah. Bahkan lebih 40 persen pria mengatakan mereka tidak pernah menggunakan sunscreen ketika beraktivitas di bawah sinar matahari. Menurut Holman, kondisi ini terjadi karena banyak pria yang mengasosiasikan penggunaan sunscreen sebagai hal feminin.

"Sekitar separuh wanita mengatakan bahwa mereka secara teratur menggunakan tabir surya saat menghabiskan waktu di luar rumah pada hari yang cerah, sedangkan hanya sekitar seperempat pria yang mengatakan demikian (...) Beberapa pria mungkin melihat penggunaan tabir surya lebih sebagai perilaku feminin," jelas Holman seperti dikutip dari The Washington Post.

Senada, sebuah survei oleh American Academy of Dermatology tentang paparan sinar matahari dan risiko kanker menunjukkan hal serupa. Responden pria yang terlibat dalam survei tampaknya kurang mengetahui tentang risiko paparan sinar matahari. Banyak pria lebih sering percaya bahwa memiliki kulit kecokelatan dapat melindungi Anda dari sinar matahari. Padahal, semua warna kecoklatan justru bisa menandakan kerusakan akibat sinar matahari pada kulit.

Padahal, sunscreen kian penting untuk melindungi kulit dari sengatan sinar matahari atau ultraviolet yang tak nampak oleh mata. Lapisi semua kulit yang tak tertutup pakaian dengan sunscreen, termasuk telinga dan bagian belakang leher Anda. Jangan lupa untuk mengoleskan kembali sunscreen setiap dua jam sekali atau ketika Anda habis berkeringat. Namun, lebih baik untuk menghindari paparan sinar matahari langsung, dengan beraktivitas di tempat teduh, dan menggunakan topi serta kacamata hitam ketika Anda harus keluar rumah.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top