Studi Terkini Ungkap Kandungan Logam pada Air Minum Berisiko Sebabkan Kanker
Foto: ANTARA/Pexels/AdriennJAKARTA - Sebuah studi terbaru di Texas menemukan bahwa bahkan kadar arsenik yang rendah dalam air, di bawah ambang batas regulasi 10 bagian per miliar (ppb), dapat meningkatkan risiko kesehatan, termasuk risiko kanker ginjal.
Dalam studi ini, para peneliti dari Texas A&M University School of Public Health meneliti hubungan antara kadar arsenik dalam air minum dan tingkat kanker ginjal di 240 wilayah di Texas. Arsenik secara alami terdapat di air tanah di Texas dan daerah lainnya.
Dikutip dari Medical Daily, Rabu (4/12), kanker ginjal adalah kanker ketujuh yang paling umum di Amerika Serikat, dengan angka kejadian yang telah disesuaikan menurut usia sebesar 17,2 per 100 ribu orang pada tahun 2017 hingga 2021.
Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko, termasuk jenis kelamin laki-laki, etnis Afrika-Amerika, atau riwayat keluarga dengan penyakit ini.
Selain itu, gaya hidup seperti merokok, konsumsi alkohol, dan obesitas, serta kondisi kesehatan seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan penyakit ginjal lanjut, juga dapat meningkatkan risiko.
Studi juga menunjukkan bahwa paparan bahan kimia tertentu, seperti trichloroethylene, dapat meningkatkan risiko kanker ginjal. Juga adanya hubungan dosis-respons antara kadar arsenik dalam air minum dan risiko kanker ginjal, di mana risiko kanker meningkat sebesar 4 persen untuk setiap dua kali lipat kadar arsenik.
Peneliti juga mencatat bahwa paparan arsenik dengan kadar sedang (1–5 ppb) dan tinggi (>5 ppb) meningkatkan risiko kanker masing-masing sebesar 6 persen dan 22 persen.
"Beberapa sistem air publik dikelola dengan buruk sehingga dapat mengekspos pelanggan terhadap arsenik, tetapi 40 juta orang di Amerika Serikat yang mengandalkan sumur pribadi sangat rentan," kata Taehyun Roh, dari Departemen Epidemiologi dan Biostatistik yang terlibat dalam studi tersebut.
"Studi ini menunjukkan bahwa bahkan paparan arsenik dalam kadar rendah di air minum dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker ginjal, yang sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menghubungkan paparan ini dengan kanker paru-paru, kandung kemih, dan kulit," tambah Roh.
Para peneliti memperingatkan bahwa studi ini hanya menunjukkan hubungan antar faktor, tetapi tidak membuktikan sebab-akibat. Mereka menekankan perlunya studi lanjutan untuk menilai pengaruh faktor lain seperti gaya hidup, riwayat keluarga dengan kanker ginjal, dan sumber paparan arsenik lainnya.
Namun, berdasarkan temuan ini, para peneliti menyerukan regulasi yang lebih ketat dan intervensi kesehatan masyarakat yang terfokus.
"Temuan kami menunjukkan bahwa pengurangan paparan arsenik dapat menurunkan angka kejadian kanker ginjal. Hal ini dapat dicapai melalui pengawasan regulasi yang lebih baik dan intervensi kesehatan masyarakat yang terarah," kata Nishat Tasnim Hasan, salah satu peneliti yang terlibat. Ant/I-1
Berita Trending
- 1 Ini Solusi Ampuh untuk Atasi Kulit Gatal Eksim yang Sering Kambuh
- 2 Perluas Pasar, Produk Halal RI Unjuk Gigi di Istanbul
- 3 Jika Rendang Diakui UNESCO, Pemerintah Perlu Buat "Masterplan"
- 4 Jangan Masukkan Mi Instan dalam Program Makan Siang Gratis
- 5 Perkuat Implementasi ESG, Bank BJB Dorong Pertumbuhan Bisnis Berkelanjutan
Berita Terkini
- Penembakan Sekolah di California, Dua Anak Luka dan Tersangka Tewas
- Pemprov DKI Dukung PLTS Atap Wujudkan Sekolah Nol Emisi Karbon
- Indonesia Beri Bantuan dan Pelatihan Inseminasi Ternak Sapi di Ethiopia
- Mendag Budi Ajak UMKM Produk Makanan Sehat Bidik Pasar Ekspor
- Ingin Tiru Australia Larang Anak Gunakan Medsos, Legislator: Perlu Dikaji Lebih Dalam