Status Merapi Naik Jadi Waspada
Bagikan Masker - Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) membagikan masker kepada siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) Srunen di Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Selasa (22/5). Pemakaian masker tersebut untuk mencegah gangguan kesehatan pada siswa akibat hujan abu vulkanis Gunung Merapi.
Foto: ANTARA/Hendra NurdiyansyahYOGYAKARTA - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan aktivitas masyarakat pada radius tiga kilometer (Km) dari puncak Gunung Merapi mesti dikosongkan setelah status gunung api itu dinaikkan dari normal menjadi waspada.
"Masyarakat yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III Gunung Merapi juga dimohon untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap aktivitas Gunung Merapi.
Tercatat seminggu terakhir Gunung Merapi mengalami satu kali gempa vulkanik dan tremor, 12 kali gempa guguran, tiga kali gempa letusan, dan lima kali gempa tektonik," ujar Kasbani, Selasa (22/5).
KRB III merupakan kawasan yang rawan terlanda awan panas, aliran lava, guguran batu, lontaran batu (pijar), dan hujan abu lebat.
Wilayah yang masuk KRB III ini, di antaranya Desa Kepuharjo, Glagaharjo, Umbulharjo, Hargobinangun, Purwobinangun, Girikerto di Kabupaten Sleman, Desa Balerante di Kabupaten Klaten, Desa Jrakah di Kabupaten Boyolali dan Desa Nglumut di Kabupaten Magelang.
Kasbani juga mengimbau agar kegiatan pendakian untuk sementara tidak direkomendasikan, kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian berkaitan dengan upaya mitigasi bencana.
"Secara rutin tim PVMBG akan melaporkan setiap perkembangan aktivitas Gunung Merapi. Masyarakat agar tetap tenang dan jangan terpancing isu-isu mengenai erupsi Gunung Merapi yang tidak jelas sumbernya," tutur Kasbani.
Kasbani menjelaskan Merapi mengalami erupsi freatik sebanyak tiga kali pada 21 Mei 2018. Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Hanik Humaida, menyatakan letusan freatik Gunung Merapi tidak diikuti magma dari perut bumi.
Kolom asap lebih didominasi asap putih. Jadi, meskipun tampak terlihat warna merah saat kolom asap keluar, magma yang muncul dari kubah lava lama, bukan dari dalam bumi.
"Erupsi freatik tidak atau belum memberi sinyal ke arah erupsi magmatik. Jadi, belum ada indikasi bahaya selama warga dalam radius tiga kilometer," kata Hanik. YK/AR-2
Redaktur:
Penulis: Eko S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Pemeintah Optimistis Jumlah Wisatawan Tahun Ini Melebihi 11,7 Juta Kunjungan
- 2 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
- 3 Permasalahan Pinjol Tak Kunjung Tuntas, Wakil Rakyat Ini Soroti Keseriusan Pemerintah
- 4 Sabtu, Harga Pangan Mayoritas Turun, Daging Sapi Rp131.990 per Kg
- 5 Desa-desa di Indonesia Diminta Kembangkan Potensi Lokal