Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Sejarah Politik

Socrates Mengkritik Demokrasi pada Masyarakat yang Tidak Berpengetahuan

Foto : afp/ LOUISA GOULIAMAKI
A   A   A   Pengaturan Font

Bagi Socrates percaya bahwa pencarian kebenaran dan kebijaksanaan adalah tujuan tertinggi keberadaan manusia. Ia sangat prihatin dengan bahaya populisme yang tidak terkendali dan pengaruh opini publik, yang menurutnya dapat menghambat pencarian pengetahuan sejati dan mengarah pada pengambilan keputusan yang salah arah.

Socrates berargumen bahwa demokrasi, meskipun tampaknya merupakan sistem pemerintahan oleh rakyat, dapat dengan mudah berubah menjadi tirani mayoritas. Di sini opini, emosi, dan prasangka populer lebih diutamakan daripada akal dan kebijaksanaan.

Ia menyebut tipe pemimpin politik yang disebutdemagogyaitu pemimpin yang mengandalkan prasangka, janji palsu, dan karisma untuk memanipulasi pemilih agar memilih mereka. Istilah ini muncul di Yunani pada abad kelima SM, sekitar zaman Socrates, dan sering digunakan secara negatif.

Socrates sendiri sangat khawatir format demokrasi akan menimbulkan hasutan. Ia juga khawatir mereka yang mencalonkan diri tidak akan memiliki kebijaksanaan yang dibutuhkan untuk memimpin dan mungkin akan menggunakan jabatan yang mereka pilih untuk kepentingan pribadi dan bukan kepentingan umum.

Socrates pun berpendapat bahwa dalam demokrasi, mayoritas dapat menggunakan kekuasaan. Dengan cara menekan suara perbedaan pendapat dan melemahkan upaya mencapai kebenaran. Ia percaya bahwa keputusan yang diambil oleh mayoritas, didorong oleh bias pribadi, kepentingan jangka pendek, dan sentimen populer, belum tentu merupakan kepentingan terbaik masyarakat secara keseluruhan.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top