Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Krisis Pangan Global

Sekitar 19 Juta Juta Warga Afganistan Terancam Kelaparan Akut

Foto : Sumber: BBC, Integrated Food Security Phase - KJ/O
A   A   A   Pengaturan Font

NEW YORK - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pada Senin (29/8), mengatakan bahwa sekitar enam juta warga Afganistan berada di ambang kelaparan, terutama menghadapi musim dingin di hadapan mata.

"Krisis Afganistan adalah krisis kemanusiaan. Ini krisis ekonomi. Ini krisis iklim. Ini krisis kelaparan. Ini krisis keuangan," kata Kepala Kemanusiaan PBB, Martin Griffiths, kepada Dewan Keamanan PBB.

"Tapi itu bukan krisis tanpa harapan," ujar Griffiths.

Dia mengatakan 24 juta orang membutuhkan semacam bantuan kemanusiaan, dan hampir 19 juta dari mereka menghadapi kelaparan akut. Diperkirakan tiga juta anak mengalami malnutrisi akut. "Mereka termasuk lebih dari satu juta anak yang diperkirakan menderita kekurangan gizi yang paling parah dan mengancam jiwa. Tanpa perawatan khusus, mereka bisa mati," katanya.

PBB dalam seruan terbesarnya tahun lalu, mencari 4,4 miliar dollar AS untuk membantu warga Afganistan, tetapi menghadapi kekurangan 3,14 dollar AS miliar saat musim dingin mendekat. Griffiths mengatakan 614 juta dollar AS sangat dibutuhkan untuk memperbaiki tempat penampungan dan menyediakan pakaian hangat dan selimut, serta 154 juta dollar AS lagi untuk menempatkan persediaan di daerah terpencil yang sulit dijangkau di musim dingin.

"Tapi kita berpacu dengan waktu. Kegiatan ini harus dilaksanakan dalam tiga bulan ke depan," katanya.

Gangguan Layanan Dasar

Pada tahun lalu, kata Griffiths, bantuan kemanusiaan telah mencapai hampir 23 juta orang. "Tapi biar saya perjelas, bantuan kemanusiaan tidak akan pernah bisa menggantikan penyediaan layanan di seluruh sistem kepada 40 juta orang di seluruh negeri," katanya.

Dia pun meminta masyarakat internasional untuk mendukung rakyat Afganistan dan otoritas de facto Taliban untuk menjalankan tugas mereka.

Sejak Taliban merebut kekuasaan lebih dari satu tahun yang lalu, sebagian besar bantuan internasional yang menopang pemerintah sebelumnya ditangguhkan. Hal itu menimbulkan gangguan di banyak layanan dasar, termasuk listrik, layanan kesehatan, dan pendidikan.

Begitu juga inflasi merajalela, dan harga barang-barang biasa berada di luar jangkauan kebanyakan orang Afganistan.

Di atas krisis politik, telah terjadi gempa bumi dan banjir besar. Afganistan juga mengalami dampak dari dua kekeringan parah, pada tahun 2021 dan 2018. Setelah turun secara signifikan, korban sipil mulai meningkat lagi. "Tiga minggu terakhir adalah jumlah korban sipil tertinggi dalam periode satu bulan sejak 15 Agustus 2021, dalam serangkaian serangan bom rakitan di Kabul, yang paling banyak diklaim oleh ISIL-K (Negara Islam Khorasan)," kata Markus Potzel, penjabat kepala Misi Bantuan PBB di Afganistan.

Russia sendiri mengkritik AS dan mitra NATO-nya atas perang 20 tahun mereka melawan terorisme di Afganistan.

Duta Besar AS, Linda Thomas- Greenfield, mengatakan Washington dan sekutunya terus membantu rakyat Afganistan, memberikan bantuan kemanusiaan dan bantuan lainnya.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top