Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Selasa, 31 Jan 2023, 17:00 WIB

Sejarah 31 Januari: Amerika Meluncurkan Satelit Buatan Pertamanya

Explorer 1.

Foto: Dok. NASA

Tepat 65 tahun lalu, Amerika Serikat (AS) meluncurkan satelit pertamanya sekaligus menandakan dimulainya zaman antariksa AS pada 31 Januari 1958.

Peluncuran Explorer 1 yang dirancang dan dioperasikan oleh Jet Propulsion Laboratory NASA merupakan momen penting bagi AS dalam perlombaan antariksa dengan Uni Soviet yang telah lebih dulu mengguncang dunia berkat peluncuran Sputnik 1.

Melansir outlet berita Space, peluncuran Explorer 1 menjadi semacam tanggapan AS atas kesuksesan Uni Soviet dalam meluncurkan Sputnik ke ruang angkasa pada 4 Oktober 1957, menjadikannya sebagai negara pertama yang berhasil meluncurkan satelit buatan pertama ke ruang angkasa.

AS kala itu setidaknya tiga opsi roket utama untuk mengirim satelit ke luar angkasa. Di antaranya adalah Vanguard yang dikembangkan oleh Angkatan Laut, dan Juno yang didasarkan pada roket Angkatan Darat yang dirancang oleh ilmuwan Jerman Wernher Von Braun.

Dua bulan setelah Sputnik, AS siap meluncurkan roket Vanguard yang membawa Explorer 1. Peluncuran itu bahkan disiarkan di televisi dan radio di seluruh AS. Namun nahas, roket tersebut meledak beberapa saat setelah diluncurkan.

Otoritas AS lantas memutuskan melanjutkan peluncuran Explorer 1 dengan roket Juno. Setelah persiapan selama berminggu-minggu yang dirahasiakan, media akhirnya diberitahu ketika sudah mendekati waktu peluncuran.

Roket Juno yang membawa Explorer 1 akhirnya meluncur ke ruang angkasa pada 31 Januari 1958. Kesuksesan peluncuran ini menandakan bahwa negara itu siap menjelajahi alam semesta.

Instrumen sains utama di Explorer 1 adalah detektor sinar kosmik yang dirancang untuk mengukur lingkungan radiasi di orbit Bumi. Begitu berada di luar angkasa, percobaan ini, yang dilakukan oleh Dr. James Van Allen dari State University of Iowa, mengungkapkan jumlah sinar kosmik yang jauh lebih rendah dari yang diharapkan.

Van Allen berteori bahwa instrumen tersebut mungkin telah dijenuhkan oleh radiasi yang sangat kuat dari sabuk partikel bermuatan yang terperangkap di ruang angkasa oleh medan magnet Bumi.

Keberadaan sabuk radiasi ini dikonfirmasi oleh satelit AS lainnya yang diluncurkan dua bulan kemudian. Temuan itu kemudian diberi nama sabuk Van Allen untuk menghormati penemunya.

Redaktur: Fiter Bagus

Penulis: Suliana

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.