Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Rute Dagang Kuno Ditutup pada Era Kesultanan Utsmaniyah

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Sutra dari Tiongkok sudah dikenal di kawasan Mediterania. Mark Antony atau Marcus Antonius (83-30 SM) dan Cleopatra VII (69-30 SM) menyukai sutra Tiongkok. Keduanya memperluas popularitas kain sutra di kawasan itu.

Sejarawan Will Durant menulis bahwa orang Romawi mengira (sutra) adalah produk nabati yang disisir dari pohon dan menghargainya berdasarkan beratnya dalam emas. Sebagian besar dari sutra ini datang ke Pulau Kos, di mana ia ditenun menjadi pakaian untuk para perempuan Roma dan kota-kota lain. Pada tahun 91 M, negara bagian Messenia yang relatif miskin, harus melarang kaum perempuannya mengenakan gaun sutra transparan pada inisiasi keagamaan.

Pada masa Seneca the Younger (4 SM - 65 M), orang Romawi konservatif lebih bersemangat daripada Augustus dalam mencela sutra Tiongkok sebagai pakaian tidak bermoral untuk perempuan dan pakaian banci untuk pria. Namun, kritik ini tidak menghentikan perdagangan sutra dengan Roma, dan Pulau Kos menjadi kaya dan mewah melalui pembuatan pakaian sutra mereka.

"Italia menikmati neraca perdagangan yang tidak menguntungkan, dengan suka cita [membeli] lebih banyak daripada yang dijual. Tetapi masih mengekspor barang-barang kaya ke Tiongkok seperti karpet, permata, amber, logam, pewarna, obat-obatan, dan kaca," tulis Durant.

Sampai masa Kaisar Marcus Aurelius (memerintah 161-180 M), sutra adalah komoditas paling berharga di Roma. Saat itu tidak ada kritik konservatif yang tampaknya mampu memperlambat perdagangan atau menghentikan mode.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top