Russia Pertimbangkan Damai dengan Ukraina
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Russia, Maria Zakharova -
Foto: AFP/NATALIA KOLESNIKOVAMOSKWA - Russia siap mempertimbangkan setiap inisiatif perdamaian yang realistis terkait konflik di Ukraina yang mempertimbangkan kepentingan Russia sendiri dan situasi di lapangan. Hal itu disampaikan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri Russia, Maria Zakharova, Kamis (21/11).
“Kami terbuka untuk negosiasi, kami siap mempertimbangkan inisiatif apa pun yang realistis dan tentu saja nonpolitik,” kata Zakharova, seraya menambahkan bahwa Russia hanya akan mempertimbangkan penyelesaian yang didasarkan pada pertimbangan kepentingan mereka.
“Saya ingin menekankan sekali lagi, kata kuncinya adalah mempertimbangkan kepentingan negara kami, situasi terkini di lapangan, dan jaminan kepatuhan terhadap perjanjian yang relevan,” imbuh dia.
Dilaporkan pula bahwa Russia terbuka untuk membahas kesepakatan gencatan senjata Ukraina dengan presiden terpilih AS, Donald Trump, tetapi mengesampingkan pemberian konsesi teritorial besar apa pun dan menegaskan bahwa Kyiv harus meninggalkan ambisi untuk bergabung dengan NATO.
Terkait NATO, Kementerian Luar Negeri Russia pada Kamis juga menyatakan bahwa pangkalan pertahanan misil balistik baru Amerika Serikat (AS) di Polandia utara akan menyebabkan peningkatan tingkat bahaya perang nuklir secara keseluruhan dan masuk dalam daftar target Russia untuk potensi penghancuran jika perlu.
Pangkalan pertahanan udara yang terletak di Kota Redzikowo dekat pantai Baltik itu merupakan bagian dari perisai misil NATO yang dioperasikan pada 13 November lalu. Dijuluki sebagai Aegis Ashore, perisai misil NATO diklaim dapat mencegat misil balistik jarak pendek hingga menengah.
“Ini adalah langkah provokatif lain dalam serangkaian tindakan yang sangat mengganggu stabilitas oleh Amerika dan sekutu mereka di aliansi Atlantik Utara di bidang strategis,” kata Zakharova. “Hal ini mengarah pada melemahnya stabilitas strategis, meningkatnya risiko strategis dan, sebagai hasilnya, meningkatnya tingkat bahaya perang nuklir secara keseluruhan,” imbuh dia.
Misil Balistik
Sementara itu Kyiv pada Kamis menyatakan bahwa Moskwa telah meluncurkan misil balistik antarbenua (ICBM) ke Ukraina untuk pertama kalinya. Digunakannya ICBM ini menandai eskalasi terbaru konflik sejak Ukraina menembakkan misil jarak jauh yang dipasok Barat ke Russia.
Angkatan Udara Ukraina mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pasukan Russia pada pagi hari telah meluncurkan beberapa jenis misil ke pusat Kota Dnipro yang menargetkan infrastruktur penting. “Secara khusus, misil balistik antarbenua diluncurkan dari wilayah Astrakhan di Federasi Russia,” demikian pernyataan Kyiv.
Russia dan Ukraina telah meningkatkan penggunaan misil jarak jauh yang mematikan selama beberapa hari terakhir sejak AS memberikan izin untuk menggunakan ATACMS terhadap target militer di wilayah dalam Russia.
Sementara itu media Inggris melaporkan pada Rabu (20/11) bahwa Kyiv telah meluncurkan misil Storm Shadow yang dipasok Inggris ke target di Russia setelah Ukraina mendapat lampu hijau dari London. AFP/ST/I-1
Berita Trending
- 1 Electricity Connect 2024, Momentum Kemandirian dan Ketahanan Energi Nasional
- 2 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 3 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
- 4 Tim Putra LavAni Kembali Tembus Grand Final Usai Bungkam Indomaret
- 5 Seminar Internasional SIL UI Soroti Koperasi Indonesia di Era Anthropocene
Berita Terkini
- Presiden Prabowo-Wakil PM Inggris Bahas Program Gizi untuk Anak-anak
- Presiden Prabowo Raih Komitmen Investasi $8,5 Miliar Roundtable Forum
- Cuaca Jumat, Sejumlah Kota Besar Diprakirakan Hujan Ringan Hingga Sedang
- Bayern Munich Siap Pertahankan Laju Tak Terkalahkan di Bundesliga
- Petrokimia-TNI AL Janjikan Final Sengit