Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Sanksi Ekonomi

Russia dan Belarusia Kini Berada dalam Posisi Nyaris Gagal Bayar

Foto : ISTIMEWA

CARMEN REINHART Ekonom Bank Dunia - Mereka belum dinilai oleh agensi sebagai default selektif, tapi sangat dekat.

A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON - Bank Dunia menyatakan Russia dan Belarusia berada dalam posisi nyaris gagal bayar (default) karena sanksi besar-besaran yang dijatuhkan terhadap ekonomi mereka oleh Amerika Serikat (AS) dan sekutunya akibat invasi ke Ukraina.

Ekonom Bank Dunia, Carmen Reinhart, kepada Reuters mengatakan Russia dikhawatirkan mengalami gagal bayar atas obligasi eksternal senilai 40 miliar dollar AS atau default besar pertama sejak bertahun-tahun setelah revolusi Bolshevik 1917.

Default telah membayangi pasar sejak serangkaian sanksi dan tindakan balasan Moskwa yang membuat negara itu keluar dari pasar keuangan global.

"Baik Russia maupun Belarusia berada di wilayah default," kata Reinhart dalam sebuah wawancara. "Mereka belum dinilai oleh agensi sebagai default selektif, tapi sangat dekat," jelasnya.

Lembaga pemeringkat Fitch, pada Selasa (8/3), juga menurunkan peringkat utang Russia dengan enam tingkat lebih jauh ke wilayah sampah menjadi "C" dari "B", dan mengatakan default akan segera terjadi karena sanksi dan pembatasan perdagangan telah merusak kesediaannya untuk membayar utang.

Dampak ke sektor keuangan pun sejauh ini, kata Reinhart, masih terbatas, tetapi risiko dapat muncul jika lembaga-lembaga keuangan Eropa lebih terekspos pada utang Russia daripada yang diperkirakan.

Sekitar setengah dari obligasi mata uang keras Russia dipegang oleh investor asing dan Moskwa harus membayar 107 juta dollar AS untuk kupon dua surat utang pada 16 Maret. Perusahaan-perusahaan Russia hanya memiliki kurang dari 100 miliar dollar AS obligasi internasional yang beredar.

Sementara itu, data dari Bank of International Settlements menunjukkan bank-bank asing memiliki eksposur lebih dari 121 miliar dollar AS ke Russia dengan sebagian besar terkonsentrasi di pemberi pinjaman Eropa.

"Saya khawatir tentang apa yang tidak saya lihat," kata Reinhart. "Lembaga-lembaga keuangan memiliki kapitalisasi yang baik, tetapi neraca sering kali buram .... Ada masalah default sektor swasta Russia," katanya.

Tiongkok pun dengan cepat memperluas pinjamannya ke Russia setelah pencaplokan Krimea pada 2014.

Para analis mengatakan Ukraina juga akan membutuhkan keringanan utang tahun ini mengingat pengeluaran besar-besaran terkait perang dan beban utang yang berat sebesar 94,7 miliar dollar AS pada akhir 2021, meskipun negara itu telah berjanji untuk melunasi utangnya tepat waktu secara penuh.

Reinhart mengatakan masuk akal untuk mengharapkan Ukraina mencari bantuan arus kas, dan menyatakan keyakinannya bahwa kreditur akan menerima mengingat situasi saat ini. Ukraina juga bisa melewatkan pembayaran kupon yang akan datang, setidaknya selama masa tenggang, tanpa membuat peringkat kreditnya merosot.

"Ukraina telah dan akan membuka pintu, mengingat situasi keuangannya yang sangat sulit," katanya. Kamu tidak dinyatakan default selama kamu masih dalam masa tenggang.

Utang negara Ukraina mencakup 1,6 miliar dollar AS utang kepada kreditur Paris Club, dan 4,9 miliar dollar AS kepada kreditur non-Paris Club, yang sebagian besar dipegang oleh Tiongkok.

Pengamat Ekonomi dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Achmad Maruf, mengatakan bahwa situasi gagal bayar di Russia pasti akan berimbas ke pasar global. Indonesia bisa memanfaatkan situasi itu karena likuiditas global butuh pusat pertumbuhan baru saat Eropa digoncang perang.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top