Kamis, 28 Nov 2024, 14:40 WIB

Russia Pertimbangkan Pengerahan Rudal ke Asia

Rudal Iskander Rusia di lokasi yang dirahasiakan di Ukraina awal tahun ini. Negara itu sedang mempertimbangkan untuk mengerahkan rudal jarak menengah dan pendek ke Asia jika persenjataan AS muncul di sana.

Foto: Istimewa

MOSKOW - Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov, baru-baru ini mengatakan, Moskow sedang mempertimbangkan untuk menyebarkan rudal jarak menengah dan pendek ke Asia jika persenjataan serupa milik Amerika Serikat muncul di kawasan tersebut.  

"Tentu saja, ini adalah salah satu opsi yang juga telah berulang kali disebutkan. Munculnya sistem AS semacam itu di wilayah mana pun di dunia akan menentukan langkah kami selanjutnya, termasuk di bidang pengorganisasian respons militer dan teknis militer," kata Ryabkov, dikutip dari Newsweek. 

"Seperti sebelumnya, apa yang terjadi bergantung sepenuhnya pada pilihan yang akan dibuat oleh lawan kita pada momen yang sangat mengkhawatirkan dan sangat berbahaya ini, dan pada garis yang akan mereka tempuh."

Hal itu terjadi di tengah laporan bahwa AS berencana untuk menyebarkan rudal ke pulau-pulau barat daya Jepang dan Filipina jika terjadi krisis besar antara Tiongkok dan Taiwan, Kyodo News Jepang melaporkan pada hari Senin (25/11).

Laksamana Samuel Paparo, kepala Komando Indo-Pasifik AS, juga mengatakan minggu lalu bahwa Tiongkok telah menggelar latihan militer terbesar untuk invasi ke Taiwan yang pernah disaksikannya dalam kariernya tahun ini.

“Ini termasuk 152 kapal yang melaut pada satu hari. Ini adalah latihan terbesar yang pernah kita lihat dalam lintasan peningkatan modernisasi PLA (Tentara Pembebasan Rakyat),” katanya di Brookings Institution di Washington DC

Ryabkov juga mengatakan pada hari Senin bahwa moratorium Rusia terhadap penyebaran rudal jarak menengah dan jarak pendek bergantung pada tindakan AS.

Ia menambahkan bahwa Rusia tidak menghadapi pembatasan dalam pengerahan rudal balistik jarak menengah Oreshnik yang baru berdasarkan kewajiban yang ada. Senjata itu ditembakkan ke kota Dnipro, Ukraina, untuk pertama kalinya minggu lalu .

Sementara itu, Presiden Rusia, Vladimir Putin, sebelumnya memperingatkan AS bahwa mereka akan menempatkan rudal dalam jarak serang Barat jika mereka menyebarkan rudal jarak jauh di Jerman mulai tahun 2026.

"Waktu tempuh rudal semacam itu ke target di wilayah kita, yang di masa depan mungkin dilengkapi dengan hulu ledak nuklir, akan memakan waktu sekitar 10 menit," kata Putin dalam pidatonya di St. Petersburg pada bulan Juli.

"Kami akan mengambil langkah-langkah serupa untuk menyebarkannya, dengan mempertimbangkan tindakan Amerika Serikat, satelitnya di Eropa dan di wilayah lain di dunia."

Putin juga mengatakan minggu lalu bahwa keputusan AS pada tahun 2019 untuk menarik diri dari Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah (INF) adalah sebuah "kesalahan."

"Kami yakin bahwa Amerika Serikat melakukan kesalahan dengan secara sepihak menghancurkan Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah pada tahun 2019 dengan dalih yang tidak masuk akal," katanya, menurut kantor berita TASS.

Perjanjian INF, yang ditandatangani oleh AS dan Rusia pada tahun 1989 menjelang berakhirnya Perang Dingin, melarang rudal dengan jangkauan antara 500 dan 5.500 kilometer (310 dan 3.400 mil). Selama masa jabatan pertama Donald Trump , AS dan sekutu NATO menuduh Rusia melanggar perjanjian tersebut dan Washington kemudian mengumumkan penarikannya.

Redaktur: Selocahyo Basoeki Utomo S

Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S

Tag Terkait:

Bagikan: