Jum'at, 15 Nov 2024, 11:21 WIB

Rupiah Masih Tertekan Jelang Akhir Pekan

Foto: ISTIMEWA

JAKARTA - Sentimen prospek ke­bijakan moneter di Amerika Serikat (AS) masih dominan mempengaruhi pergerakan ru­piah di pasar uang.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi melihat tanda-tanda inflasi AS yang kuat telah memicu keti­dakpastian atas pemotongan suku bunga acuan oleh bank sentral AS (The Fed) di masa mendatang. Data inflasi indeks harga konsumen AS terbaca se­suai dengan ekspektasi untuk Oktober lalu, tetapi masih me­nunjukkan inflasi tetap kuat.

“Pembacaan tersebut masih memacu taruhan pada pemo­tongan suku bunga Desember oleh Federal Reserve, prospek suku bunga jangka panjang menjadi lebih tidak pasti, ter­utama dalam menghadapi ke­bijakan yang berpotensi inflasi di bawah Trump,” ujar Ibrahim dalam risetnya Kamis (14/11).

Di sisi lain, Ibrahim menu­turkan investor menunggu le­bih banyak langkah stimulus di Tiongkok. Pemerintah Tiongkok akan menguraikan lebih banyak langkah stimulus selama dua pertemuan politik utama pada Desember mendatang.

Dengan asumsi tersebut, Ibrahim memproyeksikan kurs rupiah terhadap dollar AS da­lam perdagangan di pasar uang antarbank, Jumat (15/11), ber­gerak fluktuatif, namun ditutup melemah di kisaran 15.850-15.950 rupiah per dollar AS.

Sebelumnya, nilai tukar ru­piah terhadap dollar AS pada perdagangan, Kamis (14/11) sore, ditutup melemah 78 poin atau 0,49 persen dari sehari se­belumnya menjadi 15.862 ru­piah per dollar AS. Pelemahan terjadi di tengah ekspektasi pa­sar terhadap penurunan suku bunga The Fed atau Fed Funds Rate (FFR).

“Pelaku pasar masih opti­mis The Fed akan menurunkan bunga 25 basis poin pada per­temuan Desember,” kata ana­lis Bank Woori Saudara Rully Nova di Jakarta.

Rully menuturkan pada se­mester I-2025, The Fed diper­kirakan hanya akan menurun­kan FFR sebanyak dua kali dari sebelumnya empat kali.

Pelemahan Rupiah dipe­ngaruhi oleh faktor penguatan indeks dollar AS dan data inflasi AS yang sesuai dengan ekspek­tasi pasar. Inflasi tahunan In­deks Harga Konsumen (IHK) AS Oktober 2024 sebesar 2,6 persen, dan 0,3 persen secara bulanan.

Sementara itu, Kepala Eko­nom Bank Permata Josua Pard­ede menilai depresiasi yang cu­kup dalam dari sebagian besar mata uang global disebabkan oleh kekhawatiran investor glo­bal terkait arah dari kebijakan The Fed.

Redaktur: Muchamad Ismail

Penulis: Antara, Muchamad Ismail

Tag Terkait:

Bagikan: