
Rupiah Diprediksi Masih Tertekan Awal Pekan (20/1)
Foto: ISTIMEWAJAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diperkirakan masih tertekan awal pekan ini. Pelemahan rupiah ditengarai akibat absennya data peting ekonomi, baik dari domestik maupun mancanegara.
Pengamat pasar uang, Futures Lukman Leong melihat seberapa besar pelemahan rupiah pekan ini akan tergantung pada upaya intervensi Bank Indonesia (BI). Dia menambahkan investor pekan ini akan mengantisipasi kebijakan Presiden AS Donald Trump yang sudah mulai menjabat sebagai presiden AS pada 20 Januari 2025.
Menurutnya, sentimen Trump memang masih kuat sehingga membawa indeks dollar tetap bertahan tinggi di tengah data ekonomi domestik yang lesu. Karenanya, dia memproyeksikan kurs rupiah terhadap dollar AS dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Senin (20/1), bergerak cenderung melemah di kisaran 16.250 – 16.600 rupiah per dollar AS.
Sebelumnya, kurs rupiah terhadap dollar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada penutupan perdagangan, Jumat (17/1) sore, melemah 4 poin atau 0,02 persen dari sehari sebelumnya menjadi 16.380 rupiah per dollar AS.
Analis Bank Woori Saudara Rully Nova mengatakan nilai tukar (kurs) rupiah sulit menguat lagi dibanding mata uang Asia lainnya karena penurunan suku bunga acuan atau BI-Rate. “Rupiah sulit menguat lebih tinggi lagi dibanding mata uang Asia lainnya karena penurunan bunga acuan BI kemarin,” ujarnya di Jakarta, Jumat pekan lalu.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada Januari 2025 pada Selasa (14/1) dan Rabu (15/1) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi berada di level 5,75 persen. Suku bunga deposit facility turun 25 bps menjadi di level 5 persen. Suku bunga lending facility juga diputuskan untuk turun 25 bps menjadi di level 6,5 persen.
“Risiko ketidakpastian global masih belum mereda baik di pasar keuangan maupun geopolitik, sehingga pelaku pasar butuh suku bunga yang lebih tinggi yang lebih lama,” ungkap Rully.
Di sisi lain, indeks dollar AS melemah menjadi 108,6 dan yield obligasi AS turun jadi 4,61 persen. Federal Reserve juga memberikan pernyataan dovish yang berefek terhadap kurs rupiah. “The Fed tidak menghilangkan peluang penurunan suku bunga di paruh pertama tahun ini, bahkan di meeting Maret jika inflasi terus membaik,” kata dia.
Berita Trending
- 1 Inter Milan Bidik Puncak Klasemen Serie A
- 2 Di Forum Dunia, Presiden Prabowo Akui Tingkat Korupsi Indonesia Mengkhawatirkan
- 3 Polda Kalimantan Tengah Proses Oknum Polisi dalam Kasus Penipuan Pangkalan Gas Elpiji
- 4 Program KPBU dan Investasi Terus Berjalan Bangun Kota Nusantara
- 5 India Incar Kesepakatan Penjualan Misil dengan Filipina Tahun Ini
Berita Terkini
-
ToT, AS akan Bantu Merancang Reaktor Nuklir untuk India
-
Kemenperin: Yakin Saja, Penggunaan Energi Ramah Lingkungan Jauh Lebih Hemat dibanding Fosil
-
Laudato Si’ di Indonesia: Menelusuri Akar Masalah Kerusakan Lingkungan dan Dampaknya Bagi Para Pengungsi
-
Drone Berhulu Ledak Hantam Pelindung Radiasi PLTN Chernobyl, Ukraina Tuding Russia
-
Presiden Targetkan 6 Juta Siswa Sudah Terima Program MBG Akhir Juli 2025