Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Senin, 20 Jan 2025, 08:20 WIB

Rupiah Diprediksi Masih Tertekan Awal Pekan (20/1)

Foto: ISTIMEWA

JAKARTA – Nilai tukar ru­piah terhadap dollar AS diper­kirakan masih tertekan awal pekan ini. Pelemahan rupiah ditengarai akibat absennya data peting ekonomi, baik dari do­mestik maupun mancanegara.

Pengamat pasar uang, Fu­tures Lukman Leong melihat seberapa besar pelemahan ru­piah pekan ini akan tergantung pada upaya intervensi Bank In­donesia (BI). Dia menambahkan investor pekan ini akan meng­antisipasi kebijakan Presiden AS Donald Trump yang sudah mu­lai menjabat sebagai presiden AS pada 20 Januari 2025.

Menurutnya, sentimen Trump memang masih kuat se­hingga membawa indeks dollar tetap bertahan tinggi di tengah data ekonomi domestik yang lesu. Karenanya, dia mempro­yeksikan kurs rupiah terhadap dollar AS dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Senin (20/1), bergerak cenderung melemah di kisaran 16.250 – 16.600 rupiah per dollar AS.

Sebelumnya, kurs rupiah terhadap dollar AS yang ditran­saksikan antarbank di Jakarta pada penutupan perdagangan, Jumat (17/1) sore, melemah 4 poin atau 0,02 persen dari sehari sebelumnya menjadi 16.380 rupiah per dollar AS.

Analis Bank Woori Saudara Rully Nova mengatakan nilai tu­kar (kurs) rupiah sulit menguat lagi dibanding mata uang Asia lainnya karena penurunan suku bunga acuan atau BI-Rate. “Ru­piah sulit menguat lebih tinggi lagi dibanding mata uang Asia lainnya karena penurunan bu­nga acuan BI kemarin,” ujarnya di Jakarta, Jumat pekan lalu.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada Januari 2025 pada Selasa (14/1) dan Rabu (15/1) memutuskan untuk me­nurunkan suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi berada di level 5,75 persen. Suku bunga deposit facility turun 25 bps menjadi di level 5 persen. Suku bunga lending facility juga di­putuskan untuk turun 25 bps menjadi di level 6,5 persen.

“Risiko ketidakpastian global masih belum mereda baik di pa­sar keuangan maupun geopoli­tik, sehingga pelaku pasar butuh suku bunga yang lebih tinggi yang lebih lama,” ungkap Rully.

Di sisi lain, indeks dollar AS melemah menjadi 108,6 dan yield obligasi AS turun jadi 4,61 persen. Federal Reserve juga memberikan pernyataan dov­ish yang berefek terhadap kurs rupiah. “The Fed tidak meng­hilangkan peluang penurunan suku bunga di paruh pertama tahun ini, bahkan di meeting Maret jika inflasi terus memba­ik,” kata dia.

Redaktur: Muchamad Ismail

Penulis: Antara, Muchamad Ismail

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.