![](https://koran-jakarta.com/img/site-logo-white.png)
Ruang Ekspresi bagi Keberagaman Budaya Inklusif
Foto: Koran Jakarta/Gemma F PurbayaKementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengadakan kegiatan Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2019 di Jakarta, guna mengajak masyarakat untuk mendukung Pemajuan Kebudayaan Indonesia.
Hal itu diserukan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy pada saat mensosialisasikan penyelenggarakn PKN 2019 di Hari Bebas Berkendara pada Minggu (6/10). "Saya menyerukan kepada warga dan masyarakat khususnya warga DKI Jakarta dan sekitarnya agar meramaikan Pekan Kebudayaan Nasional tahun ini," katanya.
PKN berlangsung selama satu minggu di Istora Senayan, mulai dari 7 hingga 13 Oktober. Perhelatan ini menjadi rangkaian dari perwujudan strategi kebudayaan, yaitu memfasilitasi ruang ekspresi keberagaman budaya dan mendorong interaksi budaya guna memperkuat kebudayaan yang inklusif.
Ke depannya, PKN akan menjadi kegiatan kebudayaan tahunan dengan melibatkan pemerintah daerah secara berjenjang. Mulai dari kabupaten dan kota, tingkat provinsi hingga ke tingkat nasional.
Ia juga mengharapkan, bahwa ajang PKN ini bisa dijadikan sebagai bagian dari wisata budaya nasional. Yang tidak hanya menarik untuk masyarakat lokal, juga turis mancanegara. "Nanti akan menjadi even setingkat festival Pasadena dan juga di beberapa negara Eropa yang sudah membangun tradisi ini, sementara diselenggarakan di Jakarta dahulu," tuturnya.
Ada banyak rangkaian kegiatan yang dapat dilakukan pada PKN 2019 ini. Mulai dari menelusuri bilik-bilik yang berisikan budaya yang terdapat di 34 provinsi yang ada di Indonesia, pameran imajinasi desa pemajuan kebudayaan, pameran kriya kayu, pameran dan ritual orang meninggal yang ada di Indonesia, pameran seni rupa, hingga sebuah area di mana anak-anak dapat menuangkan kreatifitasnya pada sebuah tembok dalam Sketsa Bersama Publik.
Acara ini mengajak para pengunjung untuk melakukan sketsa bersama, merespon suasana ketika PKN tengah berlangsung. Terdapat pula paparan diskusi mengenai kebaya sebagai upaya melestarikan busana tradisional Indonesia yang dilakukan setiap hari dengan berbagai topik berbeda setiap harinya.
Di mana kebaya yang biasanya dikenakan pada acara-acara formal dapat disiasati menjadi pakaian yang modern dan digunakan menjadi pakaian sehari-hari, pakaian kerja dan lainnya sehingga keberadaannya semakin lekat dengan masyarakat Indonesia. Pengunjung dapat bebas mengunjungi PKN, mengikuti diskusi dan workshop yang ada secara gratis dengan syarat mendaftar terlebih dahulu melalui laman pkn.kebudayaan.id. gma/R-1Tantri
Kebaya sebagai Busana Kerja
Kebaya merupakan salah satu busana tradisional Indonesia yang paling banyak dikenakan oleh perempuan Indonesia. Dapat dilihat dari mudahnya ditemukan perempuan yang mengenakan kebaya saat di acara-acara formal, kenegaraan dan lainnya. Meskipun begitu, bukan berarti bahwa tidak perlu melakukan upaya pelestarian kebaya Indonesia.
Karena hanya pada acara tertentu itulah yang membuat kebaya perlu dilakukan pelestariannya agar perempuan Indonesia mulai menggunakan kebaya sebagai busana sehari-hari dan juga busana kerja. Hal itu dituturkan oleh Tantri Relatami, Dewan Pengawasan RRI dalam diskusi Kebaya sebagai Busana Kerja dalam perhelatan PKN di Istora Senayan, Jakarta.
Ia bercerita, bahwa sering mengenakan kebaya ke kantor dan merasa nyaman, baik dalam acara formal maupun non formal bahkan ketika melakukan perjalanan dinas keluar kota. "Berkebaya merupakan gerakan kebudayaan yang bisa menjadi social capital dan human capital," katanya.
Social capital kebaya yang ia maksud adalah menjadikan kebaya sebagai modal sosial dan pengikat identitas bangsa. Sedangkan human capital di sini bisa menjadi character value, di mana setiap perempuan bisa menjadi pelopor di lingkungannya agar perempuan Indonesia kembali menggunakan kebaya yang nyaris terlupakan.
Tantri juga menuturkan bahwa dengan berkebaya, seseorang dapat menunjukkan intelektualitas dan spiritualitasnya karena dapat mengenal sejarah dan filosofi kain yang dikenakan. "Dengan mengenal sejarah, mengetahui filosofi kain sebagai padanan kebaya itu merupakan wujud intelektualitas seseorang. Sementara aspek spiritualitasnya adalah budaya ini dilakukan secara turun temurun sehingga kelestariannya terus terjaga," jelasnya.
Upaya melestarikan kebaya sebagai busana tradisional Indonesia merupakan salah satu topik diskusi yang dihadirkan pada pagelaran PKN 2019 tahun ini. Setiap harinya, mereka membawakan topik yang berbeda mengenai kebaya, semisalnya kebaya yang dijadikan sebagai busana kerja ataupun keterkaitan antara kebaya dan anak muda saat ini.
Tidak hanya paparan diskusi mengenai kebaya saja, ada pula pameran yang menceritakan budaya yang ada di ke-34 provinsi yang ada di Indonesia, pameran kriya kayu, pameran ritual orang meninggal, pameran seni rupa, pameran imajinasi desa pemajuan kebudayaan hingga kegiatan Sketsa Bersama Publik yang mengajak para pengunjung untuk melakukan sketsa bersama guna merespon suasa ketika PKN tengah berlangsung. gma/R-1
Penulis:
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Kepala Otorita IKN Pastikan Anggaran untuk IKN Tidak Dipangkas, tapi Akan Lapor Menkeu
- 2 Presiden Prabowo Pastikan Pembangunan IKN Akan Terus Berlanjut hingga 2029
- 3 SPMB Harus Lebih Fleksibel daripada PPDB
- 4 Danantara Jadi Katalis Perekonomian Nasional, Asalkan...
- 5 Polemik Pagar Laut, DPR akan Panggil KKP
Berita Terkini
-
Pyongyang Hapus Korsel dalam Peta Baru Korut
-
Junta Militer Tangkap Ratusan Pemuda
-
Bank Mandiri Perkuat Ekosistem Wholesale dan Ekspansi Kredit Berkelanjutan di Tahun 2024
-
KPU Instruksikan Daerah untuk Segera Tetapkan Hasil Pilkada Usai Putusan Dismissal MK
-
Fokuskan Efisiensi Anggaran untuk Dukung Program Makan Bergizi Gratis