Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Riset: Tahun Pemilu Selalu Disertai Meningkatnya Kekerasan di Papua

Foto : Antara /Olha Mulalinda

Deklarasi pemilu damai di Papua Barat Daya.

A   A   A   Pengaturan Font

Contoh konflik dalam tahapan kampanye adalah pada Pilkada Kabupaten Tolikara tahun 2012. Perseteruan berawal dari konvoi massa pendukung kandidat Bupati Husman Wanimbo yang berpapasan dengan massa pendukung rivalnya, John Tabo. Mereka saling ejek, lempar batu, dan berakhir konflik saling panah, mengakibatkan satu orang tewas dan satu lainnya luka.

Ada pula konflik yang terjadi saat masa tenang, contohnya pada Pilkada Kabupaten Puncak Jaya tahun 2017. Acara bakar batu oleh massa kandidat Bupati Yustus Wonda bersama kandidat Henok Ibu yang seharusnya berjalan dengan damai malah berakhir dengan konflik karena massa kandidat nomor tiga, Yuni Wonda, mengira ada aksi pembakaran posko. Aksi tersebut diakhiri dengan kekerasan yang menyebabkan satu orang tewas dan 12 lainnya luka-luka.

Tahapan pemungutan dan perhitungan suara pun rawan terjadi konflik. Dalam Pilkada Kabupaten Puncak Jaya tahun 2012, terjadi insiden baku tembak antara aparat keamanan dengan kelompok bersenjata (KB) ketika pemungutan suara sedang dilaksanakan. KB mengeluarkan tembakan yang langsung dibalas oleh anggota TNI. Walaupun tidak ada korban jiwa, aksi ini menunjukkan intensi KB untuk mengganggu jalannya pemilu.

Dinamika konflik di Papua yang mengiringi tahapan Pemilu 2024 sudah mulai terlihat sejak tahun ini, bahkan tingkat kekerasannya berpotensi lebih parah dan tersegmentasi dengan menyasar kantor-kantor pemerintah.

Agustus lalu, kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Yakuhimo, dan tiga kantor perangkat daerah lain dibakar oleh KB. Ini mengindikasikan pesan bagi pemerintah akan bagaimana pelaksanaan Pemilu 2024 di Papua nanti.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : -
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top