Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Program Hilirisasi I Pemerintah Harus Jeli Menetapkan Produk Mana yang Menjadi Unggulan

RI Sulit Maju kalau Terus Bergantung ke Negara Lain

Foto : ISTIMEWA

JOKO WIDODO PRESIDEN RI - Harus konsisten, meskipun dalam melakukan hilirisasi seperti nikel, Indonesia menerima gugatan dan tekanan dari berbagai pihak.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam sambutannya pada pembukaan Mahasabha XIII Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) 2023 di Kota Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (30/8), mengatakan Indonesia harus merebut sendiri peluang dan kesempatannya menjadi negara maju tanpa berharap dari negara lain.

"Tidak akan ada negara mana pun yang memberi kita karpet merah kalau kita tidak merebutnya sendiri. Nggak ada, jangan berharap itu," tegas Presiden.

Salah satu upaya merebut peluang menjadi negara maju adalah melalui hilirisasi di berbagai sektor. Indonesia, kata Presiden, harus konsisten atas upaya tersebut, meskipun dalam melakukan hilirisasi seperti nikel, Indonesia menerima gugatan dan tekanan dari berbagai pihak.

"Kalau digugat kita mundur sampai kapan pun negara ini tidak akan jadi negara maju. Apalagi nanti CPO (crude palm oil/minyak sawit mentah), nanti perikanan, rumput laut, semuanya masuk ke hilirisasi," kata Presiden.

Seorang pemimpin tambah Presiden harus konsisten, tidak boleh ragu dan penakut menghadapi gugatan yang muncul. Kepala Negara memperkirakan apabila hilirisasi dilakukan terus-menerus, maka pada 10 tahun yang akan datang pendapatan per kapita Indonesia sudah mencapai 153 juta rupiah.

Sifatnya Berkelanjutan

Peneliti Ekonomi Center of Reform on Economics (Core), Yusuf Rendi Manilet, yang diminta pendapatnya mengatakan penting untuk memastikan program hilirisasi berjalan dan sifatnya berkelanjutan siapa pun yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan Presiden Jokowi.

Namun demikian, proses hilirisasi untuk suatu produk membutuhkan banyak hal termasuk yang paling penting yaitu riset. Dari riset bisa mendorong produk hilirisasi memiliki nilai tambah yang lebih tinggi.

"Ini yang perlu menjadi concern siapa pun yang kemudian melanjutkan estafet kepemimpinan Jokowi. Artinya, riset itu perlu diintegrasikan dengan proses hilirisasi, sehingga nantinya produk yang dihasilkan juga mempunyai nilai tambah yang lebih tinggi," kata Rendi.

Selain riset yang terintegrasi, pemerintah dituntut agar lebih jeli dalam melihat dan menetapkan produk mana saja yang kemudian mempunyai keunggulan komparatif.

"Tentu ini melihat bagaimana ketersediaan sumber daya alam, permintaan terhadap produk tersebut dan bagaimana mengintegrasikan produk hilirisasi tersebut dalam rantai pasok global," katanya.

Sementara itu, pengamat ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Achmad Maruf, mengatakan kendati hilirisasi menghadapi banyak tantangan, namun harus dilanjutkan karena Indonesia telah mengalami deindustrialisasi dalam dua dekade terakhir.

"Hilirisasi jadi satu-satunya peluang Indonesia masuk kembali kepada tren industri masa depan. Kita tidak bisa terus mengandalkan ekspor barang mentah," pungkas Maruf.

Pengamat ekonomi dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Y Sri Susilo, kepada Koran Jakarta, beberapa waktu lalu mengatakan, untuk menjadi negara maju, Indonesia menghadapi tantangan yang jauh lebih berat dibanding India dan Tiongkok. Indonesia hanya mengandalkan pertumbuhan PDB dari penduduk yang banyak sehingga sulit untuk maju.

Indonesia sendiri, katanya, masuk dalam kelompok G20 karena jumlah penduduknya yang besar. Padahal, faktor demografis itu tidak cukup untuk mencapai kemajuan yang signifikan dalam jangka panjang.

Indonesia perlu belajar dari negara-negara seperti Tiongkok, Korea Selatan (Korsel), dan Taiwan yang telah berhasil mengembangkan sektor industri dengan produk-produk berteknologi tinggi. Negara-negara itu mampu menjadi pemain global dalam industri elektronik, dengan mengekspor produk-produk seperti ponsel pintar (HP) dan cip.

"Penting bagi RI untuk fokus pada peningkatan kualitas output dan daya saing industri. Upaya pengembangan industri dengan teknologi tinggi akan membantu menciptakan lapangan kerja yang berkualitas, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan memperkuat ekonomi secara keseluruhan," katanya.

Agar bisa menciptakan produk berteknologi tinggi maka investasi dalam pendidikan dan pelatihan teknis harus ditingkatkan. Dengan meningkatkan kualifikasi tenaga kerja dan mengembangkan keahlian dalam sektor-sektor yang membutuhkan teknologi tinggi, Indonesia dapat meningkatkan daya saingnya di pasar global," papar Susilo.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top