RI Masih Aman dari Ancaman Resesi Global 2023
ANTISIPASI RESESI I Webinar nasional bertema Antisipasi Resesi Global 2023: Kasus Indonesia, dipantau dari kanal YouTube Moya Institute, Jakarta, pekan lalu.
Foto: ANTARA/PUTU INDAH SAVITRIJAKARTA - Indonesia memiliki daya tahan dalam menghadapi ancaman resesi global tahun 2023. Indonesia masih mempunyai pangsa pasar ekonomi yang besar yang bisa dikapitalisasi sehingga dapat menjadi modal besar dan bisa dimanfaatkan agar tak terpuruk dalam resesi global 2023.
Demikian dikatakan mantan Kepala Dewan Pertimbangan Presiden yang juga ekonom senior Universitas Gadjah Mada (UGM), Sri Adiningsih, pada webinar nasional bertema Antisipasi Resesi Global 2023: Kasus Indonesia, dipantau dari kanal YouTube Moya Institute, Jakarta, pekan lalu.
"Indonesia masih memiliki daya tahan yang terjaga. Meskipun agak gelap sedikit, tapi kita masih punya harapan," ujar Sri Adiningsih.
Seperti dikutip dari Antara, Sri Adiningsih mengemukakan, dunia saat ini memang sedang mengalami banyak perubahan sebagai akibat dampak pandemi Covid-19, termasuk, menyoal pemulihan ekonomi masing-masing negara di dunia.
Namun, Indonesia masih beruntung sebab ekonominya relatif tetap baik di tengah pandemi. "Indonesia masih memiliki daya tahan yang terjaga. Ada beberapa kekuatan ekonomi Indonesia tetap bertahan dan diperkirakan tidak terseret ancaman resesi global tahun depan," ujarnya.
Sri Adiningsih menjelaskan faktor penopang ekonomi Indonesia, antara lain terdapat pada berkurangnya restrukturisasi perbankan, neraca perdagangan membaik meski mulai ada tekanan, produksi pertanian tetap menanjak, dan jumlah penduduk yang bisa dikapitalisasi.
Mantan Menristek/mantan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan dampak pelemahan ekonomi global di negara-negara maju kini sudah terasa. Namun, hal tersebut tidak akan berdampak besar untuk negara menengah, seperti Indonesia.
Meski begitu, resesi bakal membuat komoditas ekspor Indonesia sedikit terganggu. "Indonesia harus pintar menahan pelemahan global yang akan terjadi. Untuk Indonesia menyambut 2023, kalau ternyata pertumbuhan ekonomi melambat maka yang harus dijaga adalah inflasi supaya tetap terkendali," ucap Bambang.
Kendalikan Inflasi
Dengan kemampuan pemerintah Indonesia mengendalikan nilai inflasi pangan, lanjutnya, maka akan menjaga imbas buruk bagi kelompok ekonomi menengah ke bawah dan menambah angka kemiskinan.
Bambang menyarankan agar pemerintah mengendalikan angka inflasi pangan, bukan sekadar menjaga harga, melainkan memastikan distribusi merata ke masyarakat terlaksana baik ketika menyikapi ancaman resesi global 2023.
"Negara-negara maju, khususnya yang mengalami musim dingin, akan bersikap pragmatis akibat perang Russia dan Ukraina yang tidak jelas kapan berakhir. Negara-negara lain membutuhkan pasokan komoditas yang cepat, seperti batu bara. Hal ini bisa menjadi meningkatkan ekspor Indonesia," ujar Bambang.
Negara-negara maju, tutur Bambang, khususnya yang mengalami musim dingin akan bersikap pragmatis akibat perang Russia dan Ukraina yang tidak jelas kapan berakhir. Negara-negara lain membutuhkan pasokan komoditas yang cepat, seperti batu bara. "Hal ini bisa menjadi meningkatkan ekspor Indonesia," ujar Bambang.
Pemerhati isu strategis Universitas Indonesia (UI), Chudry Sitompul mengatakan ekonomi dan politik saling memengaruhi satu sama lain. Oleh karenanya, dampak resesi global bagi Indonesia harus diantisipasi mengingat Indonesia kini juga memasuki tahun politik menjelang Pemilu 2024.
Direktur Eksekutif Moya Institute Hery Sucipto mengatakan krisis pangan dan energi yang terjadi saat ini akibat perang Ukraina dan Rusia menjadi keprihatinan dunia. "Pelemahan ekonomi dunia juga tidak dapat dihindari di banyak negara," tutur Hery,
Hery berpendapat Indonesia harus mampu menyiapkan skema antisipasi ancaman resesi global tahun 2023, apalagi mendekati tahun politik 2024.
Secara terpisah, pemerhati isu-isu strategis Prof Imron Cotan optimistis pemerintah Indonesia mampu menghadapi badai ekonomi yang diperkirakan para pakar akan terjadi pada 2023.
Menurutnya, perekonomian Indonesia tidak terlalu terekspos kepada sistem Bretton Woods, di samping memiliki komoditas ekspor unggulan yaitu batu bara, CPO, bauksit, dan nikel.
Komoditas-komoditas strategis ini tetap akan dibutuhkan negara-negara konsumen, terlepas krisis terjadi atau tidak. "Terbukti dengan pertumbuhan positif ekonomi nasional yang menurut Menkeu saat ini mencapai 6,6 persen," ujarnya.
Berita Trending
- 1 Daftar Nama Jemaah Haji Khusus Akan Transparan
- 2 Jangan Lupa Nonton, Film "Perayaan Mati Rasa" Kedepankan Pesan Tentang Cinta Keluarga
- 3 Sekolah Swasta Gratis Akan Diuji Coba di Jakarta
- 4 Perlu Dihemat, Anggaran Makan ASN Terlalu Besar Rp700 Miliar
- 5 Tetap Saja Marak, Satgas PASTI Kembali Blokir 796 Situs Pinjol dan Investasi Ilegal pada Oktober-Desember 2024
Berita Terkini
- Tantangan Tunggal Putra Indonesia Makin Berat, Kunlavut Incar Gelar All England 2025
- Ini Pengakuan Jonatan Kenapa Sampai Kalah di Final Indonesia Masters
- Gagal Juara, Fajar/Rian Terpaksa Akui Ketangguhan Man/Tee Dua Gim Langsung di Final
- Kejagung dan Kejati Jateng Serahkan Bantuan Korban Tanah Longsor di Kabupaten Pekalongan
- Kalah secara Dramatis, Jonatan Gagal Juarai Indonesia Masters 2025