Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Neraca Perdagangan | Saat Ini, Impor Bawang Putih Capai 95 Persen

RI Importir Bawang Putih Terbesar

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

Kebijakan terkait importasi bawang putih, dinilai belum cukup baik, mengingat produksi bawang dalam negeri terus tertekan karena harganya merugikan petani.

JAKARTA - Pemerintah perlu menghentikan kebergantungan terhadap impor bawang putih guna menekan defisit neraca perdagangan. Volume impor bawang putih setiap tahun mencapai 507 ribu ton sehingga menjadikan Indonesia sebagai negara importir terbesar di dunia untuk komoditas tersebut.

"Saya sangat menyayangkan belum ada perubahan situasi importasi bawang putih dalam negeri yang mana tiap tahun kita tinggi sekali angka impornya dari Tiongkok. Sekitar 99 persen kita yang ambil, sisanya dari India, Taiwan, Amerika Serikat (AS), dan Mesir yang angkanya hanya ratusan hingga maksimal 2 ribu ton," ungkap Anggota Komisi IV DPR RI Andi Akmal Pasluddin di Jakarta, Selasa (21/12).

Akmal sangat menyayangkan, sejak enam tahun lalu, Tiongkok sebagai produsen dan eksportir bawang putih terbesar di dunia, secara konsisten mengirimkan bawang putih ke Indonesia dalam jumlah yang sangat besar. Pada 2015, serbuan bawang putih asal Tiongkok mencapai 482 ribu ton, turun menjadi 445 ribu ton pada 2016.

Namun, pada 2017 naik menjadi 550 ribu ton dan meningkat kembali menjadi 585 ribu ton 2018 sebelum akhirnya turun menjadi 472 ribu ton pada 2019. Bahkan yang terjadi selama ini, besarnya impor bawang putih menyebabkan komoditas ini selalu mengalami defisit sejak 1996.

"Saya minta secara khusus kepada pemerintah melalui Kementerian Pertanian, setidaknya ada upaya mengurangi besaran importasi bawang putih di negara kita. Kegiatan dan program kementan di Dirjen Horti mesti ada succes story-nya untuk menekan angka importasi bawang putih yang memang komoditas ini tidak banyak ditanam di Indonesia seimbang dengan kebutuhan rakyat Indonesia yang sangat banyak," jelas Akmal.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top