Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Mitigasi Krisis | Tren Penurunan Cadangan Devisa RI Terjadi sejak Awal 2024

Waspadai Pelemahan Rupiah

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

Fundamental atau struktur ekonomi Indonesia sangat lemah sehingga berisiko terperosok dapam krisis.

JAKARTA - Indonesia dibayang-bayangi ancaman krisis moneter. Apalagi intervensi oleh Bank Indonesia (BI) selama ini gagal mengatasi pelemahan nilai tukar. Krisis bakal sulit terhindarkan apabila kondisi seperti ini terus berlanjut.

"Apabila defisit neraca transaksi berjalan membesar dan investor asing kabur dari Indonesia, menjual surat utang pemerintah dan surat utang Bank Indonesia, maka hampir dapat dipastikan ekonomi Indonesia akan terjerumus ke dalam krisis moneter," ungkap Managing Director PEPS Political Economy and Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan, di Jakarta, Minggu (12/5).

Anthony memaparkan fundamental atau struktur ekonomi Indonesia sangat lemah. Hal ini dapat dilihat dari transaksi internasional atau neraca transaksi berjalan (current account) mengalami defisit kronis.

Transaksi berjalan hanya membaik sementara saja, ketika harga komoditas melonjak tinggi, seperti terjadi sejak kuartal III-2021 sampai kuartal I-2023. Setelah itu, setelah harga komoditas menjadi normal kembali, transaksi berjalan Indonesia mulai mencatat defisit lagi, sejak kuartal II-2023 sampai sekarang. Transaksi berjalan adalah transaksi antara penduduk Indonesia dengan penduduk internasional, tidak termasuk transaksi modal atau finansial (investasi).

Baca Juga :
Berpeluang Melemah

Kemudian, lanjutnya, upaya BI dengan menerbitkan tiga jenis surat utang Bank Indonesia, yaitu SRBI (Sertifikat Rupiah Bank Indonesia), SVBI (Sekuritas Valas Bank Indonesia), SUVBI (Sukuk Valas Bank Indonesia), untuk menarik utang luar negeri, sebagai pengganti surat utang pemerintah yang dilepas investor asing, dan untuk intervensi kurs rupiah yang terus anjlok.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top