Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Presidensi G20 | Sekitar 48 Negara Hadapi Risiko Tinggi terkait "Lost Generation"

RI Dorong Sinergi Pemulihan Global

Foto : ISTIMEWA

AIRLANGGA HARTARTO, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian

A   A   A   Pengaturan Font

Selama Presidensi G20, RI akan fokus pada sejumlah persoalan, meliputi mencari solusi untuk mendukung pemulihan ekonomi, sistem pembayaran digital untuk sustainable finance, inklusi keuangan serta perpajakan internasional.

JAKARTA - Presidensi G20 yang akan digelar di Indonesia tahun depan merupakan harapan global dalam menciptakan pemulihan yang merata bagi semua negara dari dampak pandemi Covid-19. Indonesia akan menjadikan Presidensi G20 sebagai ajang untuk menyerukan komitmen global mewujudkan pertumbuhan ekonomi global yang tangguh.

"Presidensi G20 Indonesia bukan hanya suatu tantangan besar tetapi juga harapan. Dengan mengangkat tema Recover Together, Recover Stronger maka Indonesia mendorong upaya bersama bagi pemulihan ekonomi dunia," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di Jakarta, Minggu (21/11).

Berdasarkan catatan PBB, sekitar 48 negara sedang menghadapi risiko tinggi atau sangat tinggi terkait lost generation akibat berkurangnya kesempatan pendidikan, kehilangan pekerjaan, dan terkendala sistem perawatan kesehatan. Karenanya, kerja sama global dalam mencegah kondisi krisis yang berkepanjangan perlu dilakukan khususnya untuk membantu negara-negara paling miskin dan rentan.

Kerja sama global yang salah satunya melalui Presidensi G20 Indonesia ini juga akan mengupayakan kemitraan global dalam bentuk dukungan pendanaan, penangguhan pembayaran utang, dan akses teknologi. Terlebih lagi, pandemi telah memberi kesempatan untuk melakukan reset and reshape terhadap dunia dengan cara yang lebih selaras dengan Sustainable Development Goals (SDGs).

Negara-negara di seluruh dunia pun telah berkomitmen untuk mencapai SDGs pada 2030 sehingga diperlukan mekanisme pembiayaan yang inovatif untuk menutup kesenjangan pendanaan SDGs. Salah satu pembiayaan inovatif ini berupa blended finance dan sustainable private investment yang dilakukan untuk menghidupkan kembali perekonomian dan menciptakan lapangan kerja.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Muchamad Ismail, Antara

Komentar

Komentar
()

Top