Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Respons Pasar atas Hitung Cepat

Foto : koran jakarta/ones
A   A   A   Pengaturan Font

Bahkan, sempat tiba-tiba jumlah suara yang masuk melonjak puluhan juta. Beberapa kali sistem juga harus direset ke posisi ekstrem, dan terhenti beberapa jam.

Pengalaman kurang baik ini, proses tabulasi lima hari, data yang ditayangkan di tabulasi KPU masih minim. Saat itu, KPU menyatakan biang kerok kegagalan tabulasi online sistem Intelligent Character Recognition (ICR). Kegagalan sistem input data suara Pemilu dengan mesin pemindai berbasis ICR mestinya tidak boleh terulang. Apalagi pada saat ini adalah pemilu serentak yang tentunya banyak formulir yang mesti dikirimkan.

Langkah KPU dengan pemindai untuk mengelola hasil pemungutan suara di setiap TPS perlu persiapan TI yang matang. Sistemnya harus diuji publik. Penggunaan teknologi OMR/DMR harus maturitas. Jangan sampai sistem KPU justru menimbulkan kerawanan. Patut digarisbawahi, pemindahan form C1 ke dalam format C1-IT sangat rawan dan sulit diawasi.

Perlu solusi alasan belum optimalnya penerapan ICR dalam pemilu lalu seperti scaning form C1 dari setiap TPS. Scanning 30 detik menjadi bottleneck karena penerapan teknologi ICR saat validasi data, sehingga gagal sebagai sarana hitung cepat dan pembanding/kontrol hitungan manual.

Sengketa hasil pemilu juga kebanyakan karena proses rekapitulasi tingkat kecamatan (PPK)) dengan cara memanipulasi formulir C-1. KPU diharapkan bisa menyajikan penghitungan suara secara cepat, selain yang berjenjang. Bahkan rekapitulasi dilengkapi pemetaan data pemilu dalam sistem informasi geografis atau Geographic Information System (GIS).
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top