Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Reptil Terbang Raksasa Kuasai Langit Australia di Zaman Kapur

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Kerangka hewan jenis pterosaurus berhasil dianalisa oleh peneliti. Dengan kemampuannya berburu mangsa, kadal raksasa bersayap ini pernah mendominasi langit Australia.

Sebuah penelitian terbaru oleh para ilmuwan Australia terhadap fosil rahang bawah pterosaurus yang ditemukan oleh pencari fosil lokal bernama Len Shaw, mengungkapkan bahwa mereka telah menemukan spesies pterosaurus baru berukuran raksasa. Para peneliti dari di University of Queensland (UQ) juga menyatakan bahwa fosil yang ditemukan di Queensland barat laut itu berasal dari periode zaman kapur (Cretaceous) antara 145,5 juta hingga 65,5 juta tahun yang lalu.

Pterosaurus atau kadal terbang itu diperkirakan hidup sekitar 110 juta tahun yang lalu di tempat yang sekarang disebut Australia. Pterosaurus, yang dalam taksonomi bagian dari cabang atau ordo Pterosauria yang telah punah, saat itu merupakan hewan reptil bersayap itu terbang mendominasi langit benua kanguru.

Spesies kadal terbang yang kemudian diberi nama Thapunngaka shawi (T shawi) itu diperkirakan memiliki lebar sayap 7 meter atau 23 kaki. Karena dimensinya yang amat besar, maka para ilmuwan menyatakan bahwa spesies ini merupakan pterosaurus terbesar di benua itu.

Penulis utama studi, seorang kandidat doktor dan peneliti pada Vertebrate Palaeontology and Biomechanics Lab di University of Queensland (UQ), Tim Richards, mengatakan fosil pterosaurus amat jarang ditemukan di Australia. "Kurang dari 20 spesimen yang telah diidentifikasi sejak ahli paleontologi menemukan tulang pterosaurus pertama di benua itu sekitar dua dekade lalu," ucap Richards.

Menurut Richards, tengkorak kepala Thapunngaka shawi mencapai 1 meter atau 3 kaki, pada mulutnya tertanam sekitar 40 gigi. "Reptil yang telah punah itu merupakan hewan yang paling dekat dengan sosok naga dalam kehidupan nyata yang kita miliki," kata dia seperti dikutip Live Science edisi Selasa (10/8).Ia menjelaskan nama genus pterosaurus, "Thapunngaka," berasal dari salah satu bahasa yang digunakan oleh penduduk asli suku Wanamara yang tinggal di tempat fosil ditemukan. Nama tersebut menggabungkan thapun dan ngaka, yang masing-masing merupakan kata dalam bahasa Wanamara yang berarti "tombak" dan "mulut", tulis para peneliti tersebut.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top