Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Kamis, 12 Agu 2021, 00:30 WIB

Reptil Terbang Raksasa Kuasai Langit Australia di Zaman Kapur

Foto: istimewa

Sebuah penelitian terbaru oleh para ilmuwan Australia terhadap fosil rahang bawah pterosaurus yang ditemukan oleh pencari fosil lokal bernama Len Shaw, mengungkapkan bahwa mereka telah menemukan spesies pterosaurus baru berukuran raksasa. Para peneliti dari di University of Queensland (UQ) juga menyatakan bahwa fosil yang ditemukan di Queensland barat laut itu berasal dari periode zaman kapur (Cretaceous) antara 145,5 juta hingga 65,5 juta tahun yang lalu.

Pterosaurus atau kadal terbang itu diperkirakan hidup sekitar 110 juta tahun yang lalu di tempat yang sekarang disebut Australia. Pterosaurus, yang dalam taksonomi bagian dari cabang atau ordo Pterosauria yang telah punah, saat itu merupakan hewan reptil bersayap itu terbang mendominasi langit benua kanguru.

Spesies kadal terbang yang kemudian diberi nama Thapunngaka shawi (T shawi) itu diperkirakan memiliki lebar sayap 7 meter atau 23 kaki. Karena dimensinya yang amat besar, maka para ilmuwan menyatakan bahwa spesies ini merupakan pterosaurus terbesar di benua itu.

Penulis utama studi, seorang kandidat doktor dan peneliti pada Vertebrate Palaeontology and Biomechanics Lab di University of Queensland (UQ), Tim Richards, mengatakan fosil pterosaurus amat jarang ditemukan di Australia. "Kurang dari 20 spesimen yang telah diidentifikasi sejak ahli paleontologi menemukan tulang pterosaurus pertama di benua itu sekitar dua dekade lalu," ucap Richards.

Menurut Richards, tengkorak kepala Thapunngaka shawi mencapai 1 meter atau 3 kaki, pada mulutnya tertanam sekitar 40 gigi. "Reptil yang telah punah itu merupakan hewan yang paling dekat dengan sosok naga dalam kehidupan nyata yang kita miliki," kata dia seperti dikutip Live Science edisi Selasa (10/8).Ia menjelaskan nama genus pterosaurus, "Thapunngaka," berasal dari salah satu bahasa yang digunakan oleh penduduk asli suku Wanamara yang tinggal di tempat fosil ditemukan. Nama tersebut menggabungkan thapun dan ngaka, yang masing-masing merupakan kata dalam bahasa Wanamara yang berarti "tombak" dan "mulut", tulis para peneliti tersebut.

"Shawi", nama spesiesnya mengacu pada nama Len Shaw seorang pencari fosil lokal yang menemukan fosil tersebut. "Jadi namanya berarti 'mulut tombak Shaw'," tulis para ilmuwan dalam penelitian tersebut, seperti diterbitkan dalam jurnal Journal of Vertebrate Paleontology edisi Senin (9/8).

Memiliki Jambul
Menurut penelitian diungkapkan pula bahwa Pterosaurus bermulut tombak itu memiliki jambul di bagian bawah rahang bawahnya dan atasnya. Pterosaurus bergigi yang disebut anhanguerians memiliki jambul pada tengkoraknya dan oleh karena itu para peneliti mengklasifikasikan T shawi sebagai bagian dari kelompok itu.

"Jambul-jambul ini mungkin memainkan peran dalam dinamika penerbangan makhluk-makhluk ini," kata Steven Salisbury, rekan penulis studi yang juga seorang dosen senior di University Queensland School of Biological Sciences.

Para ilmuwan juga menemukan sejumlah rongga gigi di fragmen rahang dan kemudian mereka menyimpulkan bahwa pterosaurus raksasa ini memiliki setidaknya 26 gigi di rahang bawahnya dari total giginya sebanyak 40 buah.

Saat pterosaurus T shawi hidup, sekitar 60 persen daratan Australia berada di bawah air berupa lautan yang dangkal. Hal ini bisa dibuktikan dengan banyak ditemukan fosil invertebrata laut seperti moluska, siput, dan amonit, serta fosil vertebrata seperti hiu dan ikan lainnya, serta reptil laut plesiosaurus dan ichtyosaurus yang sudah punah di wilayah Queensland.

Spesies T shawi mungkin tidak bisa memangsa plesiosaurus, namun kemungkinan besar naga terbang merupakan pemangsa yang cepat dan mematikan. Seperti pterosaurus umumnya, reptil terbang ini mampu menukik ke bawah untuk mengambil ikan dari air atau untuk menangkap mangsa kecil di darat. "Hewan ini bisa membuat bayangan besar di atas dinosaurus kecil yang lengah. Saat memangsa, hewan ini akan sangat biadab," pungkas Richards.

Redaktur: Ilham Sudrajat

Penulis: Haryo Brono

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.